REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ratusan pedagang Pasar Kranggan mendatangi Balai Kota Yogyakarta. Mereka melakukan protes terhadap penataan pasar tradisional di Barat Tugu Yogyakarta tersebut. Mereka datang ke Balai Kota dengan membawa beberapa spanduk dan sayur mayur, Rabu (28/8).
Beberapa spanduk tersebut bertuliskan 'Jangan jadikan pedagang pasar Kranggan sebagai obyek bisnis, Bebaskan Pasar Kranggan dari pedagang liar'. Para pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Pasar Kranggan ini ditemui Wakil Wali Kota Yogyakarta Imam Priyono.
Waljito, Ketua Paguyuban Pedagang mengatakan, semula para pedagang Pasar Kranggan bisa nyaman berjualan selama berpuluh tahun di pasar tersebut.
Namun sejak tiga tahun para pedagang merasa resah dengan banyaknya pedagang liar yang berjualan di luar pasar. Bahkan pedagang liar tersebut mulai marak masuk ke dalam pasar.
"Mereka nebeng di depan lapak-lapak resmi. Ironisnya para pedagang liar ini justru lebih laku karena mereka berjualan di luar pasar di pinggir-pinggir jalan dan trotoar," ujarnya.
Menurut dia, para pedagang Pasar Kranggan telah membayar restribusi yang masuk pendapatan asli daerah (PAD) Kota Yogyakarta sebesar Rp 1.000 hingga Rp 10 ribuper orang per hari.
Namun para pedagang liar tersebut tidak dikenai retribusi tetapi mereka justru lebih laku dagangannya. Oleh sebab itu, pihaknya meminta Pemkot Yogyakarta untuk menertibkan para pedagang liar di Pasar Kranggan tersebut.
Diakui Waljito, akibat banyaknya pedagang liar ini para pedagang resmi di Pasar Kranggan mengalami kerugian miliaran rupiah. "Jumlah pedagang Kranggan resmi ada 780 orang. Jika setiap hari kerugian mencapai Rp 10 ribu per pedagang maka selama tiga tahun kerugian kita mencapai Rp 7 Miliar," jelasnya.
Hal senada diungkapkan Yanuar, pedagang Pasar Kranggan. Menurut dia, sejak munculnya pedagang liar tersebut pihaknya mengalami penurunan omset yang signifikan. Penurunan omset mencapai 50 persen.
"Kalau dulu pembeli parkir motor trus masuk pasar. Sekarang karena banyak pedagang liar di trotoar, pembeli tidak mau masuk pasar. Mereka membeli di pedagangh pinggir jalan," katanya menjelaskan.
Ditambahkan Waljito, pihaknya sudah melakukan protes terkat hal itu ke Dinas Pengelolaan Pasar (Dinlopas) beberapa kali. Dinlopas juga telah memfasilitasi para pedagang resmi dengan pedagang di luar pasar.
"Saat itu sudah ada perjanjian jika pedagang luar pasar hanya berjualan hingga pukul 07.30 WIB. Namun prakteknya perjanjian tersebut diingkari sehingga kami ke sini," katanya menegaskan.
Kerugian pedagang Pasar Kranggan menurut Waljito, semakin banyak akibat relokasi pedagang pasar ke tempat sementara karena Pasar Kranggan tengah direnovasi. Tempat relokasi tersebut menurutnya, kurang layak dan tidak aman karena tidak ada tempat penyimpanan barang.
"Kita meminta Pemkot memenuhi janjinya untuk membuat pasar relokasi sementara lebih aman dan nyaman sebelum Pasar Kranggan selesai dibangun," tuturnya.
Para pedagang kata Waljito juga meminta Pemkot mengkaji ulang keberadaan toko handphone di lantai II Pasar Kranggan, karena hal itu tidak sesuai dengan visi Pasar Tradisional.