Senin 26 Aug 2013 12:38 WIB

Lapan Latih 40 Peneliti Dalam dan Luar Negeri di Bandung

Rep: Lingga Permesti/ Red: Djibril Muhammad
 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) melatih sekitar 40 mahasiswa dan peneliti baik dari dalam dan luar negeri untuk memperluas cakrawala mengenai ilmu astronomi, Senin (26/8).

Pada peserta kegiatan dengan tema The 35 International Scool for Young Astronomers (ISYA) ini akan dibimbing langsung para pengajar internasional dari berbagai kampus ternama di dunia mengenai berbagai berbagai topik astronomi, ilmu antariksa, seminar dan praktik serta kegiatan pengamatan.

Kepala LAPAN Bambang Tedjasukmana mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan ide proyek pengamatan astronomi modern dan memberikan bekal teknis dalam merencanakan, mengusulkan, memperoleh, mengolah serta menganalisis data astronomi.

Beberapa topik yang akan disampaikan di antaranya adalah cuaca antariksa, sains antariksa, kosmologi, galak, asal muasal dan ebolusi galaksi, pengamatan antariksa serta instrumentasi pengamatan. "Kegiatan ini untuk mengembangkan kreativitas partisipan di bidang astronomi," kata dia.

Kegiatan ISYA 2013 ini, kata dia, juga menggandeng International Astronomical Union dan Institut Teknologi Bandung. Acara ini akan berlangsung mulai 26 Agustus sampai dengan 13 September di Gedung Assesment Center Jatinangor Bandung.

Selain melatih mahasiswa, LAPAN juga menyelenggarakan public lecture yang akan diikuti guru-guru sekolah menengah dan dosen. Public Lecture akan diisi pembicara dari dalam dan luar negeri. Pembicara dari NASA Dr.Nat Gopalswamy akan memberikan seminar dengan judul Many Face of The Sun.

Menurut Kepala Pusat Sains Antariksa LAPAN, Clara Y.Yatini, kegiatan berkala dan bergilir di setiap negara Asean ini diharapkan mampu mengintegrasikan para peneliti muda yang aktif di bidang astronomi. Secara umum, kata dia, kegiatan ini selain menambah pengetahuan, tapi juga menambah solidaritas antar peneliti.

"Pengetahuan alam dimulai dari astronomi, pada awal kebudayaan manusia juga mengamati  bintang-bintang. Untuk itu kami juga mengundang masyarakat untuk mengetahui lebih jauh mengenai astronomi," kata dia.

Salah satu peserta kegiatan, Noor Masdiana dari Malaysia sangat senang dengan kegiatan yang menambah wawasan ini. Ia mengaku ingin mempelajari lebih dalam mengenai analisis perangkat lunak antariksa.

"Di Malaysia, ilmu astronomi sangat sedikit diajarkan di sekolah-sekolah. Saya kira astronomi di Indonesia lebih baik," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement