Jumat 23 Aug 2013 21:28 WIB

Macan Tutul di Merapi Sudah Terdeteksi Sejak 2012

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Djibril Muhammad
Macan tutul Jawa berusia tujuh pekan, Arjuna (kiri) dan Sri Kandi, dipamerkan di Kebun Binatang Tierpark, Berlin, Jerman, Senin (5/3).
Foto: AP/Michael Sohn
Macan tutul Jawa berusia tujuh pekan, Arjuna (kiri) dan Sri Kandi, dipamerkan di Kebun Binatang Tierpark, Berlin, Jerman, Senin (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Keberadaan macan tutul di Merapi sudah terdeteksi sejak 2012 lalu. Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional Gunung Merapi, Asep Nia Kurnia, mengatakan sebaran macan tutul tersebut terdeteksi melalui jejak dan kotoran.

"Terdeteksi sejak 2012 di Bukit Plawangan Turgo, Blok hutan Sri Manganti Cangkringan, blok hutan Desa Ngargomulyo Magelang, dan Gunung Bibi (di Boyolali). Meskipun begitu, jumlah populasinya belum bisa dipastikan," kata Asep.

Ia menambahkan, binatang buas yang menerkam empat ekor kambing etawa diduga merupakan macan tutul. "Kalau dilihat dari bekas cakaran yang ada pada tubuh kambing dapat diduga dilakukan oleh sejenis kucing termasuk macan tutul," katanya menjelaskan.

Selain itu, jejak kaki dengan ukuran kurang dari 7 cm termasuk ukuran jejak kaki macan tutul atau anjing  hutan. Sedangkan warga sekitar juga mengaku pernah melihat hewan berukuran panjang lebih dari satu meter berwarna kuning tutul atau loreng.

Asep menambahkan lokasi kandang yang jauh dari permukiman dengan wilayah edar macan tutul cukup dekat. Sehingga dapat membahayakan ternak. Lokasi kandang kambing juga berada di kebun yang tak jauh dari kawasan.

Menurut dia, turunnya macan hutul dari hutan dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti erupsi dan untuk mencari makan dan minum. Namun, ketika peristiwa terjadi kondisi Gunung Merapi normal.

"Tetapi ada dugaan karena ketersediaan air di atas kawasan sudah minim karena beberapa waktu lalu tidak hujan dan lokasi sumber air ada di bawah," katanya menambahkan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Julisetiono mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi kejadian tersebut bersama dengan pihak terkait. Sehingga, tidak merusak ekosistem yang ada.

Sementara itu, Kapolsek Cangkringan Surahman, mengatakan masyarakat harus tetap waspada dengan meningkatkan siskamling. "Apapun kondisinya dengan siskamling tetap akan bermanfaat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement