REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Dinas Kesehatan Karawang, mengklaim imunisasi pada bayi dan balita tidak bisa terealisasi 100 persen. Kendalanya, banyak anak yang sakit saat hendak diimunisasi. Selain itu, karena pemahaman orang tua yang melarang anaknya untuk diimunisasi.
Kepala Dinas Kesehatan Karawang, Asep Hidayat Lukman, mengatakan, jumlah bayi di wilayahnya mencapai 51 ribu. Sedangkan, balita sekitar 220 ribu. Dari jumlah tersebut, yang telah diimunisasi mencapai 93 persennya. Sisanya, sulit terjangkau. "Karena alasan sakit dan pemahaman itu," ujarnya, kepada Republika, Jumat (23/8).
Apalagi, lanjut Asep, angka kesakitan pada bayi dan balita itu mencapai 12 persen setiap bulannya. Karena itu, capaian imunisasi sulit 100 persen. Saat ini, capaian imunisasi tembus di angka 93 persen karena kesadaran masyarakat sudah jauh lebih baik.
Prosentase itu bahkan diraih sejak tiga tahun berturut-turut. Berarti masyarakat Karawang saat ini mayoritas sudah sadar akan pentingnya imunisasi. Sebelum tiga tahun yang lalu angka capaian imunisasi itu kurang dari 80 persen.
Meski demikian, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan lagi capaian imunisasi sebab kesehatan anak tak bisa dinominalkan dengan uang.
Tahun ini jenis imunasasi pada bayi dan balita bertambah. Dulu, hanya ada antigen untuk penyakit difteri, pertusis, tetanus, polio, campak serta TBC. Kini, ada antigen baru yaitu hepatitis b serta haemophilus influenzae type b (Hib).
"Antigen ini, sudah dicampur yang dinamakan vaksin pentavalen," ujarnya. Jadi, anak-anak kedepan akan semakin baik dan sehat. Sebab, mereka diberi antigen yang mendekati sempurna.
Dengan kondisi ini, kedepan diharapkan anak-anak ini akan jadi penerus yang lebih baik lagi dengan fisik yang kuat serta mental yang lebih baik.