Kamis 22 Aug 2013 12:14 WIB

Kemenkes RI Canangkan Vaksin Pentavalent

Rep: Lingga Permesti/ Red: Heri Ruslan
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi (tengah berbaju biru)
Foto: ANTARA FOTO
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi (tengah berbaju biru)

REPUBLIKA.CO.ID,  KARAWANG -- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencanangkan program imununisasi baru dengan pemberian vaksin pentavalent untuk balita mulai usia dua bulan.

Dengan vaksin pentavalent ini, dalam sekali pemberian vaksin, setiap balita dapat tercegah dari lima penyakit sekaligus. Kelima penyakit itu adalah Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Hepatitis B dan penyakit akibat infeksi oleh Haemophylus influenza tipe B (HiB).

Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi mengatakan pemberian vaksin dan imunisasi adalah prioritas dalam pembangunan kesehatan. Sekitar 2-3 juta kematian dapat dicegah dengan imunisasi. Terutama saat ini dengan pencanangan vaksin pentavalent yang memiliki banyak kelebihan dan manfaat.

"Vaksin diproduksi oleh perusahaan dalam negeri PT Bio Farma. Kita harus bangga bahwa Indonesia dapat memproduksi vaksin yang bermutu,"kata dia saat mencanangkan vaksin pentavalent di Lapangan Karang Pawitan Kabupaten Karawang, Kamis (22/8).

Sebagai langkah awal, pencanangan akan dilakukan empat provinsi terlebih dahulu yakni di Provinsi Jawa Barat, D.I.Yogyakarta, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Pemilihan ke empat provinsi ini dilakukan oleh Kemenkes berdasarkan program dari masing-masing provinsi dari cakupan imunisasinya.

Pencanangan vaksin pentavalent ini masih didanai oleh Global Alliance for Vaccine and Immunisation (GAVI). Lepas dari tahun 2016, Indonesia tidak akan mendapatkan bantuan karena sudah berada di jajaran negara middle class. Untuk itu, ia berharap Indonesia dapat bekerja keras untuk mengganggarkan dana lebih besar untuk kesehatan.

"Kita harus menganggarkan sendiri dan jangan sampai bergantung kepada orang lain,"kata dia.

Vaksin pentavalent yang diproduksi oleh PT Bio Farma merupakan hasil pengembangan vaksin yang terdiri dari lima antigen ini dikembangkan sejak tahun 2007. Direktur Produksi Bio Farma Juliman mengatakan, selama ini untuk menjaga kekebalan bayi terhadap kuman penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan HiB, bayi harus disuntik dua hingga tiga kali dalam satu periode. Dengan adanya pentavalent, frekuensi penyuntikan bayi menjadi lebih sedikit.

Selain itu, penggunaan vaksin pentavalen ini juga diharapkan dapat mengefisiensikan biaya produksi, biaya penyimpanan vaksin, biaya jarum suntik dan biaya tenaga kesehatan. Dengan efisiensi inilah tentunya akan berdampak pada harga yang lebih terjangkau bagi konsumen.

Juliman menambahkan, dengan beragam kelebihan vaksin ini, tidaklah mengherankan bila kebutuhan vaksin pentavalent diproyeksikan akan mendominasi pembelian vaksin dari para produsen vaksin di negara-negara berkembang. Ke depan, Bio Farma akan memproduksi vaksin pentavalent untuk memenuhi kebutuhan seluruh provinsi di Indonesia dan dilakukan secepatnya.

Bio Farma juga berencana mengekspor vaksin ke negara-negara lain. Penjualan ke luar negeri ini akan dilakukan setelah vaksin pentavalent lulus uji prakualifikasi WHO, yang merupakan syarat untuk dapat memasarkan suatu produk vaksin ke luar negeri.

Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar berharap, pencanangan vaksin pentavalen ini menunjang peningkatan cakupan imunisasi Jabar. Pada tahun 2012, cakupan imunisasi di Jabar mencapai 91,7 persen. Ia berharap, capaian di tahun depan dapat meningkat.

"Pencanangan ini sangat menunjang kesehatan anak-anak di Jabar. Kita terus memperkuat advokasi dan komunikasi khususnya Jabar," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement