REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Jumlah korban keracunan makanan di Berbah tercatat menjadi 135 orang. Penambahan jumlah korban tersebut diketahui setelah Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman menghitung ulang.
"Jumlah korban keracunan yang semula 110 orang setelah dijumlah ulang ternyata ada 135 orang. Dan sampai kemarin siang masih ada tiga orang yang menjalani rawat inap, sedang lainnya menjalani rawat jalan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Mafilindati Nuraini di kantornya, Rabu (21/8).
Menurutnya, para korban kebanyakan mengeluhkan demam, mual, muntah dan sakit perut. Sementara itu, pembiayaan rawat jalan akan ditanggung oleh pihak Puskesmas.
Sedangkan, salah satu warga yang menjalani rawat inap juga telah memiliki Jamkesda. Satu orang anggota kepolisian sudah mendapat jaminan kesehatan dari instansi, dan satu orang lagi telah memiliki kartu Askes.
Untuk menyelidiki penyebab dari keracunan massal tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman telah mengirim sampel sisa makanan, feces dan air yang digunakan untuk memasak ke laboratorium. "Hasil pemeriksaan laboratorium akan diketahui dua minggu lagi," katanya.
Linda menambahkan, untuk mengetahui hasil sampel dibutuhkan waktu yang lama. Lantaran untuk pemeriksaan bakteri membutuhkan waktu proses pembiakan. "Sementara, keracunan massal karena faktor higienitas," jelasnya.
Selain itu, Dinkes telah melakukan investigasi tempat yang digunakan untuk memproses menu utama. Dari hasil investigasi tersebut, diketahui tempat memotong dan pencucian jeroan kambing memang kurang higienis.
Kejadian tersebut bermula ketika sekitar 200 warga menghadiri pengajian di rumah Heri pada 18 Agustus lalu. Mereka menyantap hidangan tongseng kambing pada pukul 13.00. Namun salah seorang peserta pengajian mengalami gejala mual, panas, dingin, diare, muntah, dan pusing sekitar pukul 18.00 dan disusul oleh puluhan warga lainnya.