Rabu 21 Aug 2013 15:30 WIB

Gepeng di Sleman 'Impor' dari Luar Daerah

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Djibril Muhammad
Gelandangan
Gelandangan

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gelandangan dan pengemis yang berada di wilayah Sleman dinilai berasal dari luar daerah Sleman. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Untoro Budiharjo, mengatakan pihaknya tidak dapat memperkirakan jumlah gepeng di Sleman.

"Gepeng itu belum tentu orang atau penduduk Sleman. Kadang-kadang dia dari luar daerah dari Magelang, Wonosobo, datang meminta-minta di jalanan dan terkena razia. Kita justru jarang menemukan penduduk Sleman," katanya.

Operasi gepeng itu, ia menambahkan, dilakukan dengan koordinasi dengan Satpol PP. Namun pelaksanaan razia dilakukan secara insidental berdasarkan jumlah gepeng yang turun di jalan.

Untoro mengatakan, saat ini jumlah gepeng di Sleman tampak menurun sejak bulan Ramadhan. Untuk mengurangi jumlah gepeng, Dinsos melakukan pembinaan melalui kerja sama dengan yayasan. Pembinaan tersebut diberikan dengan memberikan pelatihan apabila gepeng merupakan penduduk Sleman.

Namun, apabila gepeng berasal dari luar daerah, maka akan dikembalikan ke daerahnya masing-masing. "Kalau dari luar daerah kita tidak punya kewajiban untuk membina lebih lanjut, pembinaan dari pemerintah setempat dia tinggal," katanya menjelaskan.

Menurut dia, menjamurnya gepeng di berbagai tempat disebabkan oleh lemahnya mental untuk bekerja. Ia mengkhawatirkan, mengemis akan menjadi sebuah profesi bagi para gepeng.

Selain itu, berdasarkan pengamatan Dinsos para gepeng telah bekerja secara berorganisasi. Sehingga, pendekatan pembinaan pun akan dilakukan secara berbeda.

"Kami melihat kecenderungan itu terjadi dalam artian ada sebagian yang kelihatannya dikoordinir," jelas Untoro.

Menurut dia, meningkatnya jumlah gepeng bukan disebabkan tingkat lapangan pekerjaan yang tersedia. Lantaran pihaknya telah berupaya untuk menyediakan lapangan kerja.

"Saya justru melihat fenomena itu sebagai fenomena mental spiritual mereka. Ada ibu-ibu, masih muda dan remaja, mereka berada di jalan meminta-minta. Tetapi sebetulnya mereka masih dapat bekerja. Jadi yang terjadi bukan masalah lapangan kerja, tapi masalah mentalnya," katanya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement