REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Manajer Bank Dunia Sri Mulyani menilai diaspora Indonesia berperan penting dalam menghubungkan potensi-potensi di Indonesia untuk pembangunan dalam negeri.
"Peran diaspora penting untuk menghubungkan potensi dalam negeri. Indonesia punya sistem demokratik yang sudah berjalan," kata Sri Mulyani dalam diskusi bertajuk "Diaspora Power: Its Relevence for Indonesia" dalam rangkaian acara Kongres Diaspora Indonesia Kedua di Jakarta, Senin.
Sri mengatakan ada tiga poin yang harus dikembangkan di Indonesia, pertama terkait infrastruktur dalam negeri. Kedua menurut dia, terkait "soft" infrastruktur seperti pendidikan dan kesehatan.
"Misalnya dalam pendidikan, kurikulum yang dibuat harus cocok dengan tantangan kedepan. Lalu dalam kesehatan, Indonesia bisa belajar dari Turki yang sudah menjalankan sistem kesehatannya," ujar mantan Menteri Keuangan Indonesia tersebut.
Hal ketiga, menurut dia, Indonesia memiliki Sumber Daya Alam dan mampu untuk mengkapitalisasikannya. Hal itu itu menurut dia terkait dengan posisi Indonesia di tingkat global dan regional yang baik.
CEO Marvel Technology Grup Sehat Sutardjat menilai diaspora Indonesia agar fokus pada pengembangan pendidikan, infrastruktur, transportasi, dan uang yang masuk ke Indonesia dari para diaspora.
"Perlu juga meningkatkan kualitas transportasi, pusat kota yang nyaman, dan sistem pendidikan," katanya.
CEO Crown Grup Australia, Iwan Sunito, mengatakan diaspora Indonesia memiliki tiga generasi, dan apabila ketiganya bersatu akan menjadi kekuatan luar biasa untuk mengembangkan Indonesia.
Karena itu dia menilai diaspora merupakan aset yang dimiliki Indonesia. Dalam acara tersebut juga dihadiri Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo menjadi pembicara. Acara itu dimoderatori oleh Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, yaitu Dino Patti Djalal.
Kongres Diaspora Indonesia kedua berlangsung di Jakarta Convention Center dari 18-20 Agustus. Tema kegiatan tersebut adalah "The Power of Harmony in Diversity: Unleashed Worldwide".
Peserta yang hadir dalam Kongres Diaspora Indonesia kedua, yaitu 3.880 orang diaspora Indonesia yang tersebar di 55 cabang jaringan diaspora di 26 negara.
Pembahasan Task Force pada kongres kedua tersebut melibatkan diaspora Indonesia dari belahan dunia yang membahas berbagai topik dan merumuskan rekomendasi kebijakan. Topik-topik tersebut antara lain pendidikan, energi, kota layak huni, kuliner Indonesia, bisnis dan investasi, dan kedirgantaraan Indonesia.
Task Force akan difokuskan pada berbagai isu terkait dengan pendekatan praktis dan komprehensif melalui kemitraan dengan kementerian maupun pemangku kepentingan terkait.
Selain Task Force, juga diselenggarakan sembilan Forum Publik, seperti menduniakan pencak silat, forum pemuda, dan menduniakan budaya.