Sabtu 17 Aug 2013 02:39 WIB

Kisah Teks Proklamasi

Rep: Wulan Tunjung Palupi/ Red: M Irwan Ariefyanto
Teks Proklamasi
Foto: ARNI
Teks Proklamasi

REPUBLIKA.CO.ID, Naskah proklamasi ditulis di atas secarik kertas bergaris biru. Singkat dan padat. Begitulah naskah proklamasi Tapi, dengan rangkaian katakata di selembar kertas itu penjajahan Belanda yang berlangsung 350 tahun berakhir plus penjajahan Jepang selama tiga setengah tahun, hapus secara parmanen. Teks proklamasi itu, konon, ditulis Soekarno. Kertas bergaris biru yang ditulisi naskah proklamasi itu, disobek dari sebuah notes. Selesai ditulis tangan oleh Soekarno, lembaran itu diketik oleh Sajuti Melik.

Saat itu, Sajuti Melik mengupayakan agar teks proklamasi itu ditandatangani Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Dan, setelah disetujui, Soekarno tampil membacakannya di Jl Pegangsaan Timur No 56, Menteng, Jakarta, Jumat pagi, pukul 10.00 WIB. Sebelum membacakannya di hadapan yang hadir, Soekarno berpidato. Dia menyatakan, sengaja mengundang hadir ke tempat itu untuk menyaksikan sebuah peristiwa mahapenting dalam sejarah Indonesia, setelah berpuluh bahkan beratus tahun terjajah.

Soekarno mengatakan Indonesia tak mungkin menyandarkan diri pada janji Jepang untuk memerdekakan Indonesia. ‘’Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangannya sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya,’’ katanya. Selanjutnya, Soekarno membacakan naskah proklamasi hasil musyawarah dengan pemukapemuka rakyat Indonesia, yang berasal dari seluruh Indonesia: bahwa saatnyalah merdeka.

Usai membacakannya, Soekarno berkata, ‘’Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita. Mulai saat ini, kita menyusun negara kita, negara merdeka, negara Republik Indonesia, merdeka kekal dan abadi. Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.” Soal akhirnya Soekarno mengesampingkan janji Jepang yang akan memberikan hadiah kemerdekaan, itu, tak lepas dari peristiwa penculikan Rengasdengklok. Semula Soekarno kukuh memegang janji Jepang. Apalagi Soekarno dan Hatta memimpin Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi Iinkai).

Melalui Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) bikinan Jepang pada 29 April 1945 —yang bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito— Jepang akan memberikan kemerdekaan. Tapi, para pemuda meyakinkan itu isapan jempol.

Tapi, karena saat itu Soekarno masih juga berkeras, pemuda pun menculik Soekarno bersama istrinya Fatmawati dan anaknya Guntur, serta Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta bertemu Komandan Angkatan Darat Pemerintahan Militer Jepang Letjen Moichiro Yamamoto di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol No 1.

Dari pertemuan dengan Yamamoto itulah, Soekarno dan Hatta semakin yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, dan bahwa Jepang tak berwenang lagi memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Maka, pada malam itu juga, Soekarno, Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni, dan Sajuti Melik melakukan rapat merumuskan teks proklamasi. Di kemudian hari, naskah teks proklamasi tulisan tangan Soekarno itu ditemukan dan disimpan oleh BM Diah. ¦

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement