Selasa 13 Aug 2013 13:43 WIB

Iwan Si Tukang Bendera

Rep: Mg01/ Red: A.Syalaby Ichsan
Penjual bendera
Foto: ANTARA
Penjual bendera

REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah teriknya sinar matahari pagi yang sudah menuju siang, pemuda ini tampak sedang mencuci motornya di pinggir jalan. Dia mencucinya dengan sangat pelan-pelan dan santai, seolah memiliki banyak waktu untuk dibuang.

Dia sedang menunggui barang dagangannya sambil mencuci motor karena dagangannya sepi pengunjung.  wan, sang pedagang bendera merah putih sudah menjadi penjual bendera selama 10 tahun, dan selama tiga tahun terakhir ia berjualan di pinggir Jalan KH. Noer Alie, Bekasi Barat.

Pria berusia 31 tahun ini mengakui jika memang hasil yang ia dapat dari berdagang bendera jelang 17 Agustus 2013 nanti jauh berkurang jika dibandingkan dengan tahun lalu.  Ia pun merasa heran mengapa hal tersebut bisa terjadi. ''Mungkin karena sekarang tidak wajib pasang bendera,'' kata Iwan, Selasa (13/8).

Iwan lalu mencoba sedikit bernostalgia. Dia masih ingat betul ketika zaman pemerintahan Presiden Soeharto, seluruh masyarakat wajib memasang bendera di rumahnya masing-masing.

Pada waktu itu pun tukang bendera lebih banyak daripada masa sekarang, namun semua pedagang justru mendapat keuntungan yang lebih banyak. Hal yang berbeda 180 derajat justru terjadi di masa sekarang.

Jumlah pembeli yang semakin sedikit juga membuat jumlah tukang bendera semakin berkurang. Hal itu pula yang membuat banyak pedagang bendera yang sebelumnya berdagang di Jakarta, tahun ini mulai pindah ke kota lain.

Iwan mulai berjualan bendera tahun ini sejak 1 Agustus lalu. Sejak saat itu hingga hari ini, ia sudah berhasil menjual bendera hingga satu kodi. Namun tetap saja jumlah tersebut jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

''Mungkin bendera tahun lalu masih dipakai di tahun ini,'' kata pemuda bertubuh kurus ini sambil tertawa.

Harga yang ditawarkan Iwan pun beragam tergantung dari jenis dan ukuran benderanya. Bendera paling kecil berukuran 90cm x 60 cm dan ia jual dengan harga Rp 15 ribu.

Sementara yang paling besar berukuran 1,8m x 1,5m dan ia hargai sejumlah Rp 50 ribu. Selain bendera biasa, Iwan juga menjual umbul-umbul berwarna merah-putih. Namun harga-harga tersebut masih bisa berkurang tergantung dari harga penawaran yang diajukan pembeli.

Iwan mendapatkan semua bendera yang ia jual dari seorang pemasok di Garut, Jawa Barat. Kebetulan kampung halaman Iwan juga berada di kota yang sama. Jika Hari Kemerdekaan Indonesia sudah lewat, maka Iwan akan mengembalikannya ke pemasok di Garut.

Semakin sedikitnya orang yang membeli bendera seolah semakin memperburuk keadaan Iwan yang memang merupakan pedagang musiman sejati. Jika masa berjualan bendera telah usai, Iwan akan kembali menjadi pengangguran. Maka dari itu, ia benar-benar menggantungkan hidupnya dari selembar kain berwarna merah putih ini. ''Semoga hari-hari besok lebih laku,'' kata Iwan yang ketika berbicara sangat kental dengan logat Sunda.

Namun Iwan tidak sepenuhnya berkecil hati. Meskipun dagangannya sepi dari pembeli, beberapa pedagang bendera keliling cukup sering membeli bendera dari tempat Iwan. Hal itu dikarenakan Iwan memasang harga yang lebih murah daripada harga yang ditawarkan pemasok bendera.

Sesungguhnya Iwan juga berharap bisa mempunyai mata pencarian lain jika melihat dari kondisi dagangannya saat ini. Pendapatan yang tidak menentu ditambah barang dagangannya yang bersifat musiman, membuat Iwan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Terlebih dia juga memiliki satu orang anak di Garut yang harus dia kirimi uang setiap bulannya. ''Inginnya sih buka usaha tapi belum ada modalnya,'' ungkap Iwan.

Sambil mewujudkan cita-citanya, Iwan masih tetap berdagang bendera sambil berharap pembeli yang datang akan semakin banyak, sehingga ia tidak perlu repot-repot lagi mencuci motornya di pinggir jalan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement