REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Hari pertama masuk kerja Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X yang disampingi permaisuri GKR Hemas dan Wakil Gubernur DIY Paku Alam IX melakukan open house (red. halal bi halal) dengan pejabat dan pegawai Pemda DIY serta masyarakat DIY, di Bangsal Kepatihan Yogykarta, Senin (12/8).
Open house Sultan dengan masyarakat DIY kali ini dilaksanakan kembali di Kepatihan Yogyakarta, sedangkan selama dua tahun sebelumnya secara berturut-turut dilaksanakan di Kraton Yogyakarta. "Repot kalau kalau di Kraton," kata Sultan.
Tahun-tahun sebelumnya setiap Sultan mengadakan open house dengan masyarakat biasanya banyak yang hadir dan bahkan sampai antre dan baru sekitar pukul 12.00 selesai (sekitar tiga jam). Namun open house di Kepatihan tahun ini termasuk sepi. Acara dimulai pukul 09.00 WIB dan pada pukul 10.30 WIB sudah selesai.
Hal ini juga diakui seorang penduduk Patalan Bantul, Lestari. Dia bersama rombongan sebanyak delapan orang setiap tahun selalu menyempatkan diri untuk bersalaman dengan raja Kraton Yogyakarta.
"Ini tadi saya datang langsung cepat bisa bersalaman dengan Pak Sultan. Padahal tahun kemarin saya harus antre lama dan berdesak-desakan. Sekarang sepi," kata dia.
Lestari mengaku senang sekali bisa bersalaman dengan Sultan meskipun hanya setahun sekali. Bahkan sebelum ke kantor Gubernur di Kepatihan, dia sempat ke Kraton Yogyakarta karena dikiranya halal bi halal Sultan HB X dengan masyarakat diselenggarakan di Kraton seperti tahun lalu.
Kepala Bagian Humas Biro Umum, Humas dan Protol Pemda DIY Iswanto juga mengakui yang hadir dalam acara open house Sultan HB X dengan masyarakat kali ini memang lebih sedikit dibandingkan tahun lalu.
"Tadi yang hadir sekitar 2000 orang lebih, sedangkan open house tahun lalu yang hadir sekitar 6000 orang," kata dia kepada Republika.
Menurut Iswanto, tahun sekarang dengan tahun lalu nuansanya berbeda. Pada tahun lalu open house diselenggarakan di Pagelaran Kraton Yogyakarta, sedangkan sekarang di Kepatihan Yogyakarta.
Meskipun yang hadir tampak sedikit , tetapi hidangan yang disiapkan berupa makanan tradisional seperti jenang, dan lain-lain sebanyak 4000 porsi habis.
Di samping itu, dia menambahkan, waktu open house tahun lalu kebetulan menjelang ditetapkannya Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK). Sehingga banyak yang datang untuk memotivasi supaya UUK cepat disahkan. Kalau sekarang tinggal mengisi amanat UUK.