REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menilai ketidakjelasan aturan main konvensi capres Partai Demokrat menjadi sebab utama belum munculnya peserta konvensi dari kaum perempuan.
Ketidakjelasan aturan main itu menurut dia membuat para perempuan potensial enggan mendaftarkan diri sebagai peserta konvensi karena khawatir dengan situasi yang belum pasti.
"Biasanya perempuan butuh kepastian dan kejelasan aturan main kalau mau ikut serta dalam suatu aktivitas," kata Siti ketika dihubungi Republika, Ahad (11/8).
Menurut Siti aturan konvensi capres Partai Demokrat bukan cuma tidak jelas bagi perempuan, tetapi juga bagi kaum pria. Tak heran bila sampai sekarang hanya ada segelintir tokoh yang secara terang-terangan dan terbuka ingin maju sebagai peserta konvensi.
"Mengingat rule of the game-nya belum rampung, maka belum tampak minat atau antusiasme yang ingin mendaftar," ujarnya.
Di sisi lain, kata Siti, belum munculnya calon peserta konvensi perempuan bisa jadi disebabkan kehawatiran mereka terhadap keseriusan Demokrat menjalankan konvensi secara terbuka dan jujur. Situasi semacam ini lagi-lagi membuat para perempuan berada dalam ketidakpastian.
"Bisa jadi calon dari perempuan belum muncul karena merasa tak pasti, apakah konvensi akan berlangsung free and fair dan transparan," katanya.
Siti menyatakan faktor terakhir yang menyebabkan para perempuan enggan mengikuti konvensi dikarenakan perasaan khawatir usaha mereka akan sia-sia. Artinya, jangan-jangan upaya yang dilakukan sangat tidak sebanding dengan apa yang dicapai, sehingga percuma mengikuti konvensi.