Sabtu 10 Aug 2013 15:48 WIB

Agar Jakarta Tak Diserbu Pendatang Baru

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Karta Raharja Ucu
Sebuah baliho berisi imbauan untuk mencegah datangnya pendatang baru Jakarta tanpa keahlian terpasang di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin (5/9).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sebuah baliho berisi imbauan untuk mencegah datangnya pendatang baru Jakarta tanpa keahlian terpasang di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin (5/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendatang baru masih menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Provinsi DI Jakarta. Sebab, ibu kota masih menjadi magnet kuat bagi pendatang baru untuk mencari kerja. Tak pelak hal fakta itu membuat pertumbuhan penduduk di Jakarta terus meningkat dari tahun ke tahun.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal mengatakan, agar Jakarta tidak diserbu pendatang baru, pemerintah harus melakukan zonasi industri. Ia mengatakan, industri padat karya seperi mebel, tekstil, sepatu, dan makanan-minuman harus dipindahkan ke daerah. Jika tidak, industri yang membutuhkan banyak tenaga tersebut akan terus menyedot pendatang baru dari daerah. 

Sementara, industri yang ada di Jakarta, kata Iqbal, harusnya hanya industri padat modal yang sebagian besar kegiatan produksinya dilakukan mesin. "Kalau ada zonasi industri, urbanisasi akan turun secara alamiah," kata Iqbal kepada ROL

Menurut Iqbal, industri padat karya harusnya didirikan di daerah-daerah yang biaya hidupnya rendah. Sehingga, dapat menyerap banyak tenaga kerja. Sehingga, orang tidak perlu lagi berduyun-duyun datang ke Jakarta mencari kerja.  

Perbedaan nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) menurut Iqbal bukan menjadi penyebab tingginya angka urbanisasi. Menurutnya, upah pekerja di Jakarta tentu tidak bisa disamakan dengan upah pekerja di Sukabumi misalnya. Karena biaya hidup di kota besar lebih tinggi daripada di daerah.

"Jadi, kalau ada perusahaan yang tidak sanggup membayar UMP Jakarta, lebih baik dia pindah ke daerah. Kalau tidak, dia tidak akan kompetitif. Karena setiap ada kenaikan UMP, itu akan sangat berpengaruh pada cost dia," papar Iqbal.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement