REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Marzuki Alie menyatakan, konvensi capres dilakukan untuk menghilangkan fatsun politik selama ini bahwa posisi R1 hanya milik ketua umum saja. Konvensi dikatakan untuk membuka ruang selebar mungkin bagi kader potensial untuk menjadi capres.
"Persoalannya belum lazim di Indonesia. Sekarang yang bukan ketum diberi ruang oleh ketumnya untuk maju sebagai calon presiden. Biasanya ruang itu dipakai sendiri oleh ketumnya," katanya, di Jakarta, Jumat (2/8).
Ketua DPR itu menambahkan, konvensi memberi ruang demokrasi bagi kader untuk menunjukkan kesiapannya ke publik. Serta menunjukan kalau Demokrat punya capres yang bisa diandalkan.
"Selama ini kader bersifat pasif, ewuh pakewuh. Karena semuanya menunggu titah SBY sebagai ikon Demokrat. Beberapa kali SBY meminta kader untuk berkampanye, tapi tidak direspons oleh kader. Makanya ruang ini dibuka agar kader tidak ragu-ragu untuk menyatakan kesiapannya untuk menjadi presiden," kata Juki.
Yang pasti, lanjutnya, seluruh kader harus bekerja keras memenangkan calon presiden hasil konvensi. Siapa pun nantinya yang menang dalam konvensi, apakah tua atau muda. "Muda bukan ukuran untuk siap menjadi presiden, tapi muda dengan rekam jejak yang membuktikan kapasitas, kompetensi, karakter, integritas yang kita usung sebagai capres. Semua sadar di Demokrat cukup banyak kader, tapi apakah kader ini bisa diterima masyarakat, maka konvensi ini ujiannya," kata Marzuki.