Kamis 01 Aug 2013 23:32 WIB

Pasar Kaget Belum Akan Ditertibkan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Djibril Muhammad
 Keramaian para pedagang dan pembeli dalam pasar kaget usai Shalat Jumat di halaman Masjid Cut Mutiah, Jakarta Pusat, Jumat (18/5). (Prayogi/Republika)
Keramaian para pedagang dan pembeli dalam pasar kaget usai Shalat Jumat di halaman Masjid Cut Mutiah, Jakarta Pusat, Jumat (18/5). (Prayogi/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pasar kaget yang biasa muncul mendekati lebaran di sejumlah jalan di Kota Bogor, belum akan ditertibkan selama belum menimbulkan gangguan terhadap masyarakat.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bogor, Agung Prihanto, mengatakan belum menerima laporan masyarakat tentang pasar kaget di Bogor.

Ia juga belum akan menertibkan pasar kaget karena masih memprioritaskan razia miras serta tempat hiburan malam. "Tapi kami akan tetap pantau. Jika memang sudah mengganggu, akan ditertibkan," kata

Agung, Kamis (1/8).

"Saya sangat mendukung pasar kaget yang sering muncul saat Ramadhan jika digelar bukan di jalan utama kota seperti di Jalan Bangbarung," kata Dian, salah seorang pengunjung pasar kaget.

Menurut dia, mobil yang berlalu lalang pun tidak banyak jumlahnya sehingga tidak menimbulkan kemacetan parah. Namun, Dian juga mengatakan jengkel dengan para pedagang yang menggunakan trotoar sebagai area berdagang.

Selain menyulitkan pejalan kaki, pedagang di trotoar juga menjulurkan dagangannya ke bahu jalan. "Pedagang seperti itu yang perlu ditertibkan," kata Dian.

Pengunjung pasar kaget lain, Widi, mengatakan barang dagangan yang variatif dan murah jadi daya tarik pasar kaget bagi warga. Ia menuturkan pasar kaget yang biasa digelar di pinggir jalan atau di depan komplek perumahan juga memudahkan warga yang ingin berbelanja.

"Lebih lega, tidak perlu berjubel di pasar," ungkap Widi. Namun, ia tak memungkiri jika pasar tumpah terkadanf juga menjadi biang kemacetan.

Pengamat sosial dan pembangunan dari Lembaga Sosial dan Advokasi Pembangunan (eLSAP), Dian Rahim, menyarankan pemerintah Kota Bogor untuk bersikap arif. Jika ingin jalanan tertib tanpa pedagang pasar tumpah, ia meminta pemerintah membuat tempat penampungan.

"Kalau tempat penampungan itu ditata, saya pikir itu justru dapat digunakan sebagai sarana wisata warga," kata Dian.

Ia mencontohkan Plaza Muria di samping stasiun Bogor yang semula akan dijadikan lokasi pasar malam. Rencana itu ditujukan untuk mengurangi berbagai efek dari kepadatan pedagang di Pasar Anyar. Namun rencana itu gagal dan Pasar Anyar tetap menimbulkan kemacetan bagi jalan-jalan di sekitarnya.

Dian memahami dilema yang dirasakan para pedagang pasar tumpah. Di satu sisi mereka membutuhkan dana lebih untuk menyambut hari raya, di sisi lain ada kekhawatiran digusur. Menurut Dian, masyarakat dan pedagang sama-sama diuntungkan dengan adanya pasar tumpah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement