Kamis 01 Aug 2013 23:29 WIB

Polri Jelaskan Peran Dua Teroris Tulungagung

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Djibril Muhammad
Petugas Dokkespol mengeluarkan kantong berisi jenazah terduga teroris yang tiba di RS Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya, Senin (22/7). Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menembak mati dua terduga teroris bernama Dayat dan Riza yang merupakan angg
Foto: ANTARA FOTO
Petugas Dokkespol mengeluarkan kantong berisi jenazah terduga teroris yang tiba di RS Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya, Senin (22/7). Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menembak mati dua terduga teroris bernama Dayat dan Riza yang merupakan angg

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mabes Polri menjelaskan peran dua terduga teroris yang tewas dalam penggerebekan di Tulungagung, Jawa Timur (Jatim) pekan lalu. Menurut kepolisian, Hidayat alias Kim dan Eko alias Rijal ialah bagian dari jaringan teroris yang terlibat dalam rangkaian aksi bom di Indonesia.

Hidayat bahkan dikenal sebagai penyandang dana untuk kelompok Poso, pimpinan Santoso. Dana yang ia kumpulkan digunakan untuk pembelian senjata dan biaya pelatihan militer para teroris. "Dia ini sudah jadi buron sejak Maret 2012," ujar Kabag Penum Polri Kombes Agus Rianto di kantornya Kamis (1/8).

Sedangkan Eko, kata Agus, ialah buron polisi sejak 2011. Dia terlibat dalam sejumlah kegiatan teror bom gereja di daerah Solo, Sukoarjo dan Klaten, Jawa Tengah. Dari tangan Eko, Densus 88 menyita satu rangkaian bom lontar alias mortir. Sedangkan dari Hidayat, satu senjata revolver diamankan.

"Memang mereka ini kelompok berbahaya. Sedangkan dua lainnya yang dilepas, (Sapari dan Mugi) masih dikumpulkan bukti-bukti yang menguatkannya," kata Agus.

Menanggapi kemunculan kedua terduga teroris yang kedapatan membawa bom ini, Polri terus melakukan pengusutan. Mulai dari asal bom jenis mortir dan dimana lokasi akan diledakannya benda itu.

Sementara diduga, kemunculan mereka berkaitan dengan kabar melarikan dirinya Fadli Sadama, teroris yang kerap memimpin aksi perampokan di wilayah Sumatera.

Hidayat dan Eko, diduga keluar dari persembunyiannya setelah mendengar Fadli berhasil kabur dari Lapas Tanjung Gusta bulan lalu. Hubungan diantara mereka sempat terjalin saat bersama-sama melakukan perampokan di Bank CIMB Niaga, Medan, Sumatera Utara pada 2010 silam.

Di poin ini polisi masih menilisik adakah korelasi dari kaburnya Fadli dengan tumbuhnya spirit para mantan pengikutnya yang sekarang masih buron dan bersembunyi.

"Ya semua keterkaitan kami dalami. Tapi jangan dulu berandai-andai, kami sampai saat ini masih buru Fadli bersama tiga lainnya, mudah-mudahan tertangkap," ujar Agus.

Sebelumnya, empat terduga teroris digerebek oleh Densus 88 di sebuah warung Jl. Pahlwan, Tulungagung Senin (22/7). Dua di antara mereka tewas, sedangkan lainnya selamat. Dari tangan mereka polisi menyita satu bom rakitan dan satu senjata api jenis revolver.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement