Kamis 01 Aug 2013 19:50 WIB

Yogyakarta Jadi Model Program Penurunan AKI dan AKB

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Djibril Muhammad
 Kawasan Malioboro Yogyakarta
Foto: Antara/Noveradika
Kawasan Malioboro Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Dari hasil survei menunjukkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia pada umumnya banyak ditemukan di rumah sakit.

"Hal ini diakibatkan adanya keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit dan kasus ibu hamil berisiko tinggi tidak terpantau di lapangan," kata Ketua ARSANI (Asosiasi Rumah Sakit Badan Nirlaba Indonesia) M. Natsir Nugroho kepada Republika.

Oleh sebab itu USAID bersama dengan organisasi keagamaan di Indonesia (Muhammadiyah, Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum, Yayasan Panti Rapih) membuat program untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yang disebut EMAS (Expanding Maternal Antenatal Survival).

Dalam program emas memberikan fokus pelatihan untuk PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Komprehensif). Program tersebut dilaksanakan di sembilan provinsi (150 rumah sakit dan 300 Puskesmas) yang angka kematian ibu dan bayinya tinggi.

DIY termasuk dari sembilan provinsi (Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Sumatera Utara. Bantem,

NTT) yang angka kematian ibunya tinggi.

"Tahun 2013 ini saja dari bulan Januari-Juli sudah ada 25 ibu melahirkan yang meninggal di rumah sakit seluruh Indonesia akibat keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit," ungkap Natsir.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka kesiapsiagaan itu tidak bisa diandalkan hanya di rumah sakit. Meskipun sudah ada pelatihan program pelatihan untuk PONEK yang dilakukan sudah hampir dua tahun tetapi ternyata angka kematian ibu masih tinggi.

"Setelah diteliti ternyata penyebab tidak hanya di rumah sakit, melainkan juga di masyarakat yang lambat dalam merujuk ke rumah sakit," tuturnya.

Sehubungan dengan hal itu, maka ARSANI mencoba membantu pemerintah selain melakukan pendampingan pembelajaran PONEK di rumah sakit, juga memberikan suatu fokus masalah rujukan.

"Dalam rujukan ini kami akan menggandeng jamaah-jamaah di organisasi Islam, Kristen dan Katolik untuk memberikan suatu pesan atau pembelajaran tentang ciri-ciri orang hamil berisiko tinggi. Apabila di lingkungan para jamah ada ibu hamil yang berisiko tinggi, kami ajak untuk mermbawa ke petugas kesehatan supaya bisa ditangani khusus dan tidak dibiarkan saja," jelas Natsir yang juga mantan Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum PP Muhammadiyah ini.

Menurut Natsir, ARSANI akan memulai memberikan pendampingan pembelajaran PONEK di rumah sakit dan Puskesmas serta masalah rujukan di masyarakat setelah Lebaran ini.

Yogyakarta akan dijadikan model awal yakni di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, RS Betehesda, RS. Panti Rapih dan RSU Bethesda Lempuyang Wangi. Jaringan Nasional Pelayanan Kesehatan Reproduksi akan melatih tentang PONEK, sedangkan ARSANI akan melatih masalah rujukan kepada jamaah di organisasi keagamaaan yang telah melakukan penandatanganan kerja sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement