Rabu 31 Jul 2013 23:52 WIB

OP Daging Sapi Belum Efektif Turunkan Harga

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
Pedagang menimbang daging sapi lokal dagangannya di Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (18/7).     (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pedagang menimbang daging sapi lokal dagangannya di Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (18/7). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Meskipun daging sapi impor sudah mulai dijual di Jabar, tapi harga daging sapi masih cukup tinggi. Padahal, pemerintah mengimpor daging untuk menurunkan harga sapi lokal.

Saat ini, harga daging sapi di Kota Bandung masih sekitar Rp 103 ribu/ kg. Sementara, sebelum ada operasi pasar (OP) daging sapi harganya Rp 105 ribu.

Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar, Ferry Sofwan OP daging sapi impor memang belum efektif menurunkan harga daging sapi lokal. Saat ini, harga daging sapi lokal masih cukup mahal berkisar Rp 103 ribu/ kg.

"Memang penurunan harga daging sapi lokal belum signifikan, tapi kami sudah mencoba melalui OP daging sapi impor," ujar Ferry kepada wartawan, Rabu (31/7).

Ferry mengatakan, OP daging sapi pertama kali berlangsung di Kota Bandung. Kegiatan ini telah digelar sebanyak 6 kali, di antaranya di Gedung Sate, RS Habibie, Dinas Peternakan Jabar, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD), dan Metro Trade Center (MTC).

Namun, kata dia, kegiatan ini baru dilakukan di Kota Bandung saja belum dilaksanakan di daerah lain. Akibatnya, harga daging sapi lokal sulit turun karena sebaran daging sapi impor belum merata.

Pemerintah kabupaten/ kota, kata Ferry, sebenarnya bisa mengajukan OP daging sapi impor melalui pemerintah provinsi yang diteruskan ke Bulog Divre Jabar sebagai operator penyalur daging sapi impor. Namun, sampai saat ini masih sepi pengajuan dari daerah.

Padahal, kata dia, Pemprov Jabar telah memberikan berbagai kemudahan bagi kabupaten/kota yang ingin menggelar OP daging tersebut. Yakni, dengan cara menyediakan kendaraan distribusi untuk daging sapi impor. Kendaraan ini, merupakan fasilitas pendukung yang berasal dari Dinas Perternakan Jabar.

"Pemprov sudah menyupport tapi yang berwenang menggelar OP daging sapi impor adalah kabupaten/ kota," katanya.

Selain OP daging sapi impor, kata dia, Operasi Pasar Murah (OPM) Kebutuhan pokok masyarakat (Kepokmas) juga sepi peminat karena dari 26 kabupaten/ kota, hanya 11 daerah yang menggelar kegiatan ini.

Padahal, OPM Kepokmas tergolong salah satu upaya yang ditawarkan Pemprov Jabar bagi kabupaten/kota untuk menurunkan harga kebutuhan pokok.

Pemprov menganggarkan dana senilai Rp10 miliar untuk membiayai subsidi empat komoditas, yakni beras, telur ayam, gula pasir, minyak goreng. Bahkan, Pemprov juga membantu memberikan fasilitas untuk sewa tenda tempat gelaran OPM Kepokmas.

"Jika kabupaten/kota tidak memiliki komitmen yang sama dengan Pemprov maka upaya menurunkan harga kebutuhan pokok akan terasa sangat berat," katanya.

Menurut dia, kabupaten/ kota malas menggelar OP daging sapi impor dan OPM Kepokmas. Karena, kegiatan ini memiliki syarat khusus yakni harus tepat kepada sasaran masyarakat miskin.

Syarat tersebut dinilai memberatkan sehingga kabupaten/ kota memilih bekerjasama dengan CSR perusahaan yang terbilang tanpa syarat. "Kabupaten/ kota tidak mau repot, padahal subsidi OPM kepokmas tahun ini lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement