REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sejumlah penumpang mengeluhkan tentang rencana kenaikan airport tax untuk penerbangan domestik oleh PT Angkasa Pura II dari Rp 40 ribu menjadi Rp 100 ribu. Jumlah kenaikan tersebut dirasakan penumpang terlalu tinggi dan signifikan.
Ma’ruf (31 tahun) seorang penumpang tujuan penerbangan ke Makasar mengaku saat ini masih membayar pajak bandara sebesar Rp 40 ribu.
"Kalau naik pelayanan harus naik, jangan langsung tinggi naiknya sampai Rp 100 ribu. Dari Rp 40 ribu harusnya ke Rp 60 ribu dulu atau ke Rp 80 ribu lihat pelayanan dulu," katanya di Terminal 1A Bandara Soekarno Hatta, Rabu (31/7).
Menurut dia, untuk pelayanan dan jaminan kehilangan saat ini belum terpenuhi dengan baik. Ia mengaku beberapa waktu lalu pernah kehilangan barang namun untuk mengurusnya harus melalui prosedur yang dianggapnya susah.
Ia merasakan untuk airport tax Rp 40 ribu masih belum ada jaminan keamanan yang baik. Sehingga, apabila nanti ada rencana kenaikan pajak bandara yang bertujuan untuk memperbaiki pelayanan bisa dimaklumi. Hanya saja, besaran angka kenaikannya jangan terlalu besar bahkan sangat signifikan.
"Airport tax Rp 40 ribu pelayanannya gitu-gitu aja gak ada perubahan. Belum ada jaminan, jadi kalau mau naik sekitar Rp 60 ribu saja," ujarnya.
Ia pun berharap apabila memang harus naik airport tax, maka pelayanan bandara harus lebih ditingkatkan. Selain itu, semua pelayanan harus memenuhi standar yang ditetapkan. Ma’ruf menambahkan jangan sampai penumpang kelas biasa dianak tirikan dari penumpang lain untuk pelayanan VIP.
Penumpang lainnya, Sutino (42 tahun) yang akan melakukan penerbangan ke Wonogiri juga mengaku tidak setuju apabila airport tax naik Rp 100 ribu. "Nggak setuju, itu ketinggian, kalau naik jadi Rp 50 – 60 ribu masih mending," ucapnya.
Menurutnya, seharusnya rencana tersebut ditinjau ulang lagi berapa persen kenaikannya. Kalau naik menjadi Rp 100 ribu itu lebih dari 100 persen kenaikannnya. Apabila harus naik, ia berharap jangan terlalu besar harus wajar kenaikannya agar terjangkau semua kalangan.