Ahad 28 Jul 2013 20:00 WIB

Petani dan PT Pupuk Kujang 'Gropyokan' Tikus

Rep: lilis Handayani/ Red: Djibril Muhammad
Petani menanam bibit di sawah. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Yusran Uccang
Petani menanam bibit di sawah. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Para petani di Desa Karang Layung, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu mengeluhkan ganasnya serangan tikus pada areal tanaman padi milik mereka. Untuk mengatasi hal itu, mereka dibantu PT Pupuk Kujang melakukan gropyokan tikus, Ahad (28/7).

 

"Kami sangat kewalahan menghadapi ganasnya serangan tikus," ujar perwakilan kelompok tani Desa Karang Layung, Abas.

 

Menurut Abas, selama ini petani sudah berupaya membasmi tikus yang menyerang tanaman padi milik mereka. Namun, tikus tidak penah habis dan selalu muncul kembali.

 

Selain di Desa Karang Layung, serangan tikus juga terjadi di berbagai desa lainnya. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, lahan sawah yang terkena serangan tikus sedikitnya mencapai 213 hektare.

 

Untuk mengatasi serangan hama tikus, para petani sudah melakukan gropyokan tikus. Khusus untuk di desa Karang Layung, kegiatan itu dibantu PT Pupuk Kujang.

 

Menurut Direktur Utama PT Pupuk Kujang, Bambang Tjahyono, selain di Kabupaten Indramayu, kegiatan serupa juga dilakukan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang.

Ketiga daerah itu dipilih karena luas areal lahan serangan hamanya termasuk yang paling parah. Kegiatan itupun diikuti secara antusias oleh ratusan petani.

 

"Setiap petani yang berhasil menangkap tikus, kami beri kompensasi sebesar Rp 1.500 per ekornya," kata Bambang.

 

Bambang menambahkan, selain pemberian kompensasi, Tim Pengendalian Hama yang dibentuk PT Pupuk Kujang juga menyerahkan berbagai bantuan untuk membasmi hama tikus.

Di antaranya, dalam bentuk penyuluhan teknik-teknik pembasmian tikus dan penyediaan alat-alat seperti emposan (pengasap), basmikus (kembang api belerang), media-basmikus (gagang berbentuk corong untuk penyangga basmikus), perangkap tikus, dan terpal penahan tikus.

 

"Selain itu, kami juga memberikan bantuan berupa alat perontok padi manual (Pedal Thresher) buatan anak-anak SMK Kabupaten Tasikmalaya," tutur Bambang.

 

Bambang menambahkan, selama ini serangan tikus selalu menghantui petani di setiap musim tanam. Jika dibiarkan, maka hal tersebut bisa mengganggu stok pangan nasional. Para petani pun harus menanggung kerugian yang tidak sedikit.

 

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Jawa Barat, hingga pertengahan Juli, luas sawah di Jawa Barat yang diserang hama tikus mencapai 3.904 hektare. Ribuan hektar sawah itu tersebar di sembilan kabupaten/ kota di Jawa Barat.

 

Adapun sembilan kabupaten/ kota itu, yakni Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Kota Bandung, dan Kabupaten Bogor.

 

Bambang menambahkan, dengan produksi rata-rata padi yang menapa tujuh ton per hektar, maka  potensi padi yang hilang akibat tikus bisa mencapai 27 ribu ton lebih. Itu berarti, stok pangan nasional pun ikut hilang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement