REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Selama bulan puasa, jumlah pendaki menuju puncak Gunung Merapi melalui jalur Dukuh Plalangan, Desa Lencoh, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menurun. Terlebih setelah terjadinya erupsi kecil puncak Merapi.
"Pendaki pada Bulan Puasa pascaerupsi kecil puncak Merapi, hingga sekarang sepi. Bahkan, tidak ada pecinta alam yang melakukan pendakian," kata anggota Tim SAR "Barameru" Desa Lencoh, Boyolali, Samsuri, di Boyolali, Sabtu malam.
Pada pekan sebelum terjadi erupsi kecil pada Senin (22/7) pagi, katanya, masih ada pecinta alam yang mendaki Merapi, berjumlah tujuh orang dan berasal dari Solo. Namun, kata dia, setelah puncak Merapi mengalami erupsi kecil itu, tidak ada pendaki yang melakukan pendakian karena mereka kemungkinan masih khawatir.
Menurut dia, status aktivitas vulkanik Gunung Merapi hingga Sabtu malam, masih "aktif normal", sedangkan cuaca di puncak cukup cerah. "Hal ini, memang cukup baik untuk pendakian sebenarnya," katanya.
Namun, kata dia, dalam kondisi cuaca cerah seperti saat ini, justru di puncak udara relatif sangat dingin, sehingga pendaki harus menggunakan perlengkapan seperti jaket tebal.
Ia menjelaskan jumlah pendaki Merapi biasanya mulai banyak saat Lebaran. Pada tahun lalu, jumlah pendaki ke puncak Merapi mencapai sekitar 100 orang. "Kami yakin jika kondisi Merapi cuaca bagus seperti malam ini, pada malam Lebaran bisa mencapai 100 lebih," kata Samsuri.
Kendati demikian, pihaknya mengimbau mereka yang akan melakukan pendakian ke puncak Merapi untuk mendaftarkan identitasnya terlebih dahulu di "Base Camp Plalangan".
"Dengan demikian, akan memudahkan petugas Tim SAR jika mereka perlu pertolongan saat pendakian," katanya.
Ia mengatakan kondisi cuaca di lereng Merapi cukup cerah, sedangkan hujan saat ini sudah relatif berkurang intensitasnya. "Sehingga cuaca yang cerah saat ini, sangat mendukung kegiatan pendakian," katanya.