REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf atau akrab disapa Gus Ipul mengingatkan, kunci sukses belajar membaca Alquran, khususnya dalam memberikan pengajaran kepada santri.
"Ada tiga unsur dalam proses belajar mengajar mengaji yang sangat menentukan, yaitu guru, kurikulum serta sarana dan prasarana pendukung," ujarnya saat menghadiri peluncuran Revolusi Pembelajaran Alquran di Aula Shofa Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Sabtu (27/7).
Ia menjelaskan, guru atau ustaz/ustazah memegang peran besar terhadap proses belajar mengajar, serta memiliki tanggung jawab mencerdaskan bangsa, khususnya ilmu agama dan Alquran.
Menurutnya, dalam perkembanganya peran guru tidak hanya dituntut untuk mampu mendidik secara ilmu pengetahuan saja, namun juga mengajarkan mengenai pendidikan akhlaq, budi pekerti dan sopan santun.
"Guru adalah segalanya dan harus terus mengembangkan ilmunya secara interaktif dan inovatif agar dapat mentransfer ilmu kepada anak secara baik. Guru juga menentukan kecerdasan anak dan menjadi pekerjaan yang sangat mulia," katanya.
Di hadapan ribuan guru dan siswa pembelajar Alquran, Gus Ipul mengatakan, kunci sukses kedua yakni kurikulum pendidikan. Kurikulum atau metode yang digunakan harus disesuaikan, sebab tidak ada artinya jika guru memiliki kompetensi dan ilmu yang baik, tetapi kurikulumnya tidak tepat maka akan menjadi sia-sia.
"Dengan kurikulum pendidikan yang baik dan tertata, guru dapat menyusun atau merencanakan sistem pembelajaran inovatif kepada anak didik. Metode pembelajaran yang diinovasi dan diperbaharui secara terus menerus mempercepat anak didik memahami sistem ajar yang diberikan oleh guru," tuturnya.
Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal tersebut mengungkapkan, kunci sukses terakhir yakni sarana dan prasarana yang bersinergi menjadi satu antara peran dari guru dan kurikulum pendidikan yang baik.
"Oleh karena itu, memberikan pembelajaran kepada anak didik pada usia dini tentang pentingnya membaca dan memahami Alquran sungguh sangat menentukan kepribadian dan perkembangan anak di masa depan," kata mantan Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor tersebut.
Peluncuran revolusi pembelajaran Alquran ini dalam rangka mempercepat pembelajaran menggunakan metode WAFA yang berbeda dengan cara menggunakan otak kanan. Dalam kesempatan tersebut juga digelar seminar 'Balitaku Hafal Alquran' dengan pembicara Dosen Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, M Baihaqi, aktivis perempuan Yulyani dan penulis Dr Sarmini, Lc, MA.
Pembina Yayasan Syafa'atul Quran (Yaqin) Shobikhul Qisom menjelaskan, metode otak kanan dipilih dan dikembangkan berawal dari sebuah keprihatinan dalam mengajarkan Alquran secara langsung.
Metode ini dilakukan dengan cara pengaplikasiaan dari teori sampai praktik, menggunakan benda-benda yang dikenal sehingga cepat mengenal Alquran yang menggabungkan antara metode visualisasi, cerita dan gambar.
"Metode WAFA ini diharapkan dapat memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan psikologis anak secara interaktif, multicara, dengan menjadikan anak secara aktif dan integratif," tutur Shobikhul.