REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO – Rencana pembangunan wahana Dunia Fantasi (Dufan) di Kabupaten Sidoarjo masih dianggap belum jelas. Sebab proyek 2013 ini, terus menerus dalam pengkajian, khususnya terkait analisa dampak lingkungan lalu lintas.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Jarianto mengatakan, pihaknya belum bisa memperkirakan soal destinasi wisata Dufan di kawasan tersebut. Kecuali, bila sudah sampai tahap perizinan, maka akan segera diperhitungkan implikasi keberadaannya.
"Ini masih di awang-awang," kata Jarianto kepada Republika usai menghadiri Inagurasi Singapur Airlines di Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jumat (26/7).
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo optimis di 2014 akan memiliki Dufan di wilayah bekas pabrik soda Waru seluas 10 hektare. Namun karena berada di area padat lalu lintas, maka keluar-masuk arus kendaraan dufan, diharap tidak memperpadat kondisi kemacetan jalan.
Bupati Sidoarjo Saiful Ilah mengatakan, sudah ada solusi untuk rekayasa lalu lintas jalan tersebut. Selain itu, PT Gema Persasda Jaya, selaku investor akan menyediakan armada bus dari beberapa titik lokasi seperti Terminal Bungurasih, dan area di Surabaya. "Jadi tidak menambah anteran kendaraan," ujar Saiful.
Dia juga menambahkan, semua kesiapan sekarang sudah terpenuhi, termaksud persetujuan masyarakat di desa tersebut. Saat ini, lahan eks pabrik soda Waru, sudah proses lewat proses pembongkaran, hingga rata dengan tanah.
Dia berharap dengan adanya Dufan di Sidoarjo akan meningkatkan gairah wisata masyarakat Sidoarjo. Belum lagi, dia memperkirakan, akan banyak kunjungan dari luar kota yang dapat menambah pendapatan daerah. "Perekonomian masyarakat sekitar pun akan terdongkrak," katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Sidoarjo, M Husni Thamrin mengatakan, kira-kira butuh waktu satu bulan ke depan untuk menunggu kajian amdal lalin selesai. Sebab menurut dia, persoalan utama ada pada keluar masuk mobil penumpang.
Salah satu solusi dia menambahkan, sekarang ini sedang dalam proses pembangunan jalur frontage di sisi timur rel kereta api. Untuk masuk kendaraan, dia memetakan, akan melalui Jalan Brigjen Katamso dan keluarnya menuju lintasan Deltasari.
"Kemudian, lintasan kereta di depan eks pabrik soda juga akan ditutup," ujar M Husni.
Permasalahan juga bukan hanya terjadi pada pengurusan kajian amdal lalin, melainkan juga pembebasan lahan. Sebelumnya kepala Desa Kureksari mengatakan, investor hanya berpatong pada sertifikat tanah yang menyatakan, kawasan tersebut masuk Desa Waru, padahal sebagian masuk wilayahnya.
"Dengan adanya pelebaran jalan frontage nanti, maka akan ada ambil alih lahan dari Desa Kureksari," ujarnya.