Kamis 25 Jul 2013 21:29 WIB

Distribusi Daging Impor Mulai Dilakukan di Jabar

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
Pedagang memilah kotakan kardus berisi daging sapi impor Bulog di Pasar Jatinegara, Jakarta, Rabu (17/7).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pedagang memilah kotakan kardus berisi daging sapi impor Bulog di Pasar Jatinegara, Jakarta, Rabu (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar), sudah mendapat jatah daging impor 900 ton.

Pendistribusian daging, mulai dilakukan dalam Operasi Pasar (OP) daging sapi impor di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (25/7). OP tersebut, bersamaan dengan gelaran Bazar Murah Ramadan.

Menurut Kepala Dinas Perindutrian dan Perdagangan Jabar, Ferry Sofwan, sebanyak 1 ton daging sapi impor disiapkan dari proyeksi awal sebanyak 2 ton. Meski jumlah daging yang disiapkan terbilang kecil, namun diharapkan mampu memenuhi permintaan masyarakat. "OP ini hanya awalan saja, nanti akan berlanjut ke wilayah yang lain," katanya.

Di tempat yang sama, Kepala Divisi Regional Bulog Jabar, Usep Karyana mengatakan, pemerintah kabupaten/ kota bisa mengajukan OP daging sapi impor ke subdivre bulog. Selain pemerintah, pedagang daging pun bisa mengajukan hal yang sama.

Namun Usep mengaku, sampai saat ini belum ada pengajuan OP dari pihak manapun. Hal itu diduga karena permintaan daging belum naik. "Daging impor akan sangat dibutuhkan saat permintaan naik pada H-7," katanya.

Secara terpisah, Ketua APDASI Jabar Dadang Iskandar mengaku belum mengusulkan OP karena masih menghitung kebutuhan pedagang terhadap daging sapi impor. Untuk Kota Bandung, diperkirakan kebutuhannya sekitar 10 ton. "Kami masih mendata dari daerah lain seperti Garut dan Tasikmalaya," katanya.

Menurut Dadang, pedagang masih tetap memprioritaskan untuk menjual daging sapi lokal dibandingkan impor. Komoditi ini, diperkirakan hanya akan menjadi cadangan dan hanya akan dijual jika terjadi lonjakan permintaan yang tak mampu dipenuhi pasokan daging lokal.

Selain itu, kata dia, menjual daging sapi impor juga tidak akan mudah karena masyarakat biasanya lebih menyukai daging lokal. Terlebih, cukup sulit menyimpan daging sapi impor karena membutuhkan cool storage (tempat pendingin) yang tak semua pedagang memilikinya.

"Paling daging akan disimpen di gudang dulu, kalau dibutuhkan baru dikeluarkan," katanya.

Namun dari pantauan, daging sapi impor tersebut hanya dibeli dari kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebab cukup sulit bagi masyarakat umum masuk untuk ke lingkungan Pemprov Jabar.

Hal itu dikeluhkan warga yang tinggal di Jalan Cagak, Sri Afiantini (48). Ia menilai, sosialisasi kegiatan ini masih minum sehingga banyak warga yang tak mengetahui. OP daging sapi impor ini seharusnya digelar di tempat umum dan bukan di halaman Gedung Sate yang notabene lingkungan pemerintahan.

"Kalau di Gedung Sate sih yang belinya PNS, harusnya di Gasibu atau di tempat umum lainnya. Saya juga beruntung bisa datang kesini karena kebetulan melintas," katanya.

Sementara Nani Mulyani, (47) warga Cicadas mengaku datang ke Gedung Sate hanya untuk membandingkan harga dan bukanya berbelanja. Ternyata, daging sapi impor ini dijual dengan 3 harga berbeda yakni Rp70 ribu/ kg, Rp80 ribu/ kg dan Rp90 ribu/ kg.

"Kalau yang paling murah itu banyak gajihnya sedangkan yang mahal itu bagian paha, tapi lumayan lebih murah sekitar Rp10 ribu dari pasaran," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement