REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) Naning Adiwoso mengatakan bahwa standar minimum toilet umum yang ada di Indonesia, harusnya bebas dari sentuhan tangan.
Maksudnya, baik penggelontor (toilet flush), serta keran wastafel untuk mencuci tangan sebaiknya menggunakan sensor untuk meminimalisir penggunaan tangan.
"Tangan itu sumber penyakit, yang menyebarkan penyakit itu dari tangan," tegas Naning dalam jumpa pers World Toilet Summit 2013 di Jakarta, Senin (23/7).
Selain itu, kata dia, pintu toilet umum harus mengarah ke luar bukan ke dalam, untuk mengantisipasi pengguna yang pingsan agar dengan mudah dapat diselamatkan.
"Toilet umum juga harus memiliki gantungan tas, untuk toilet pria juga harus ada toilet khusus anak-anak," kata dia melanjutkan.
Hingga saat ini sanitasi di lingkungan komersial atau di toilet umum masih kurang mendapat perhatian dari para pemangku kepentingan, termasuk penggunanya.
Naning memaparkan bahwa toilet umum baik di bandara, pusat perbelanjaan dan stasiun pengisian bahan bakar umum pun, lanjut dia, kebanyakan belum memenuhi standar sanitasi yang sehat. "Hingga saat ini akses sanitasi sehat baru bisa dinikmati oleh 55 persen penduduk Indonesia," ungkap Naning.
Berdasarkan data World Toilet Organization sekitar 40 juta penduduk Indonesia masih melakukan praktik buang air sembarangan.
Produksi limbah manusia tersebit diperkirakan mencapai sekitar 11 ribu ton tinja per hari yang tidak diolah dengan semestinya. Jumlah itu kira-kira setara dengan 3.500 ekor Gajah Sumatra.
Sementara limbah yang berasal dari pembuangan urin secara sembarangan dan tidak diolah dengan benar, diperkirakan mencapai angka 140 ribu meter kibik atau setara dengan 28 ribu tangki bahan bakar minyak.