Senin 22 Jul 2013 23:37 WIB

Sultan Dorong Petani Alih Profesi Jadi Nelayan

Sri Sultan Hamengkubuwono X
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sri Sultan Hamengkubuwono X

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mendorong petani untuk beralih mata pencaharian menjadi nelayan, mengingat kepemilikan lahan pertanian di daerah ini semakin sempit.

"Bagaimana caranya kita mengubah paradigma dari sektor pertanian ke sektor nelayan, mengingat pantai selatan mempunyai potensi besar yang belum dimanfaatkan maksimal," katanya di Bantul, Senin (22/7) sore.

Menurut Sultan di sela menghadiri Safari Ramadhan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di kawasan budi daya air tawar Kabupaten Bantul, hal tersebut penting, karena kepemilikan lahan petani di Yogyakarta yang sempit, rata-rata hanya 300 meter persegi.

Apalagi, kata Sultan, setiap tahun tidak kurang dari 50 sampai 80 hektare tanah di Provinsi DIY dan sekitarnya berubah fungsi menjadi perumahan maupun sektor nonpertanian lainnya, sehingga menjadi sempit.

"Bagi kami, ini menjadi peluang untuk perubahan, karena laut selatan mempunyai potensi yang lebih bisa mensejahterakan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kami bertekad bagaimana mengubah paradigma ini," katanya.

Sultan mengharapkan dengan kehadiran Menteri Kelautan dan Perikanan, bisa memberikan semangat dan dorongan kepada para nelayan maupun akademisi untuk memajukan sektor perikanan, baik laut maupun air tawar untuk lebih dioptimalkan.

"Harapan kami semoga periode yang akan datang potensi yang di pantai selatan ini bisa lebih dioptimalkan, dan bisa menumbuhkan kemauan bagi petani untuk terjun ke sektor perikanan maupun nelayan," katanya.

Meski demikian, Sultan mengakui untuk mengubah paradigma tersebut tidak mudah bagi masyarakat Yogyakarta, terutama di kalangan petani untuk menjadi nelayan.

Oleh karena itu, menurut dia, harus ada kemauan berusaha, karena peluang di sektor perikanan lebih besar dari pertanian.

"Tanpa kemauan masyarakat, tentunya pertumbuhan relatif kecil, sehingga perlu direncanakan jauh-jauh. Tidak ada pilihan lain kecuali memanfaatkan pantai selatan sebagai 'pintu depan' untuk mencapai kesejahteraan masyarakat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement