REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembeli kue kering untuk lebaran semakin berkurang di sejumlah pasar tradisional yang ada di Jakarta, akibat naiknya harga BBM yang memicu juga naiknya harga kebutuhan dan bahan baku pangan "Peminat kue kering untuk lebaran menurun drastis dari tahun-tahun sebelumnya," kata pedagang kue kering di Pasar Senen, Abdurahman, di Jakarta, Jumat (19/7).
Pada tahun 2006 sampai 2010, peminat kue kering masih relatif banyak karena terbukti dengan pendapatan penjualan dari pagi sampai malam yang bisa mencapai Rp 16 juta, namun berbeda dengan tahun ini yang hanya mendapat kurang dari Rp 1 juta. "Kue kering yang saya jual berkisar Rp 20 ribuan, seperti kue nastar per toples (setengah kilogram) seharga Rp 20 ribu, kue kacang Rp 20 ribu, kacang bawang Rp 22 ribu, koko kerang Rp 20 ribu dan kue nastar kacang madu Rp 20 ribu, sedangkan harga untuk seperempat kilogramnya berkisar Rp 10 ribuan," paparnya.
Ia menambahkan, aneka ragam kue kering ini aman untuk dikonsumsi, sehingga hanya tahan sampai dua bulan karena tidak memakai bahan pengawet. Sementara pasokan kue kering ini, didapat dari daerah Serang dan Tangerang.
Akibat menurunnya jumlah pembeli kue kering, ia mengaku semakin sulit untuk menjual dagangannya. Karena biasanya pembeli sudah mulai ramai dari awal puasa Ramadhan, sampai hari terakhir puasa.
Sementara itu, pedagang kue kering di Pasar Pagi Mangga Dua, Sarman mengatakan, jumlah pembeli di pasar ini juga menurun semenjak dua tahun terakhir. Ia berpendapat, sangat wajar jika masyarakat semakin sedikit membeli kue kering untuk persiapan lebaran, karena kebutuhan pangan yang lain juga semakin meningkat, sehingga pembeli cenderung berhemat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, harga BBM bersubsidi yang semakin mahal membuat masyarakat berpikir ulang untuk membeli makanan tambahan, seperti kue kering yang saya jual.