Jumat 19 Jul 2013 02:31 WIB

Neraka Kebun Binatang Surabaya

Rep: Andi M Iqbal / Red: M Irwan Ariefyanto
Kebun Binatang Surabaya
Foto: Surabaya.go.id
Kebun Binatang Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Melani nama harimau sumatra itu. Dia hanya bisa terbaring di sudut Kebun Binatang Surabaya.

Matanya masih mampu menatap tajam, khas pemburu nomor wahid di hutan. Namun, tubuhnya tak lagi sanggup berdiri gagah. Langkahnya pun goyah.

Tubuh Melani terus mengurus. Dari berat idealnya 100 kilogram, bobol Melani kini tinggal tersisa 40 kilogram. Alhasil, tulang rusuk iga Melani tampak kasatmata. Tak ada lagi auman dari mulut harimau berusia 15 tahun itu. Sebab, penyakit pencernaan telah merenggut kegarangan si raja hutan.

Kondisi Melani ini yang mengubah situasi di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Tak ada raut ceria dari pengunjung usai menyaksikan harimau itu.

Sebaliknya, rasa iba menyelimuti pengunjung bernama Arif Rizky (30 tahun) begitu menyaksikan kesengsaraan Melani dan hewan-hewan lain di dalam kebun binatang. “Kondisinya tidak terawat, banyak hewan yang kurus,” kata Arif.

Akibat penyakit pencernaan yang terus menggerogoti, Melani tak lagi mampu menopang penuh badannya. Penyakit ini yang akhirnya memaksa Melani dievakuasi dari Surabaya menuju Cisarua, Jawa barat.

Saat perawatan di Cisarua, barulah terungkap bahwa Melani mengalami gangguan pencernaan lantaran terlalu banyak memakan daging berformalin. Akibatnya, selama lima tahun terakhir, Melani kehilangan nafsu makan sehingga tubuhnya terlihat kurus.

Lepas dari kerangkeng KBS, Melani kini terkapar di Cisarua. Apa yang dialami Melani juga terancam dirasakan ratusan binatang lain di KBS.

Berdasarkan pantauan ROL, banyak binatang dengan kondisi tubuh tak ideal di kebun binatang itu. Seperti, seekor babi hutan betina dengan tulang iga yang tampak kasatmata.

Selain di kandang babi, kondisi yang memprihatinkan juga dialami orang utan. Terlihat seekor orang utan tampak mengunyah plastik yang berserakan di kandang.

Makin jauh memasuki KBS, rasa keperihatinan terhadap kondisi satwa makin terasa. Beberapa spesies, seperti kuda, banteng, rusa, dan gajah, terlihat hanya mengonsumsi rumput yang hampir kering tanpa ada campuran konsentrat. Alhasil, penyakit pencernaan, seperti yang kini diderita Melani, mengancam mereka.

Saat menelusuri KBS, ROL makin dikejutkan dengan penemuan potongan daging tikus. Di halaman parkir, tepatnya, tampak potongan tubuh buntut tikus beserta kulitnya.

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang bertugas di KBS bahkan mengaku terus menemukan daging tikus dalam kantung plastik. Dalam empat hari terakhir ini, Satpol PP yang menjaga KBS menemukan potongan daging tikus itu.

Tidak tanggung-tanggung, daging yang ditemukan di KBS seberat 10 kilogram. Bentuknya dalam potongan berbentuk serupa dengan paha ayam.

“Namun, masih ada ekornya,” kata seorang petugas Satpol PP, Edin, kepada ROL, Kamis (18/7).

Penemuan daging tikus ini juga telah diketahui Kepala Satpol PP Kota Surabaya Irvan Widyanto. Ia mengatakan, daging tikus itu selalu ditemukan setiap jam pergantian penjagaan, sekitar pukul 06.00 WIB.

Irfan mengatakan, bungkusan daging tikus diduga dibagikan ke satwa pemakan daging di KBS. Kepala Humas KBS Agus Supangkat membantah jika selama ini pihaknya memberi daging tak laik, termasuk daging tikus, kepada satwa koleksinya. Menurutnya, selama ini konsumsi hewan karnivora adalah daging sapi dan ayam yang didinginkan di freezer.

Terkait penemuan potongan daging tikus seberat 10 kilogram, ia hanya bisa bungkam. “Saya juga tidak tahu soal penemuan itu dan untuk keperluan apa,” ujarnya.

Aktivis pecinta lingkungan Dian Paramitha menilai, apa yang terjadi di KBS sudah menjadi bentuk penyiksaan kepada hewan. Makanan tidak laik yang sehari-hari diberi kepada satwa telah menjadikan KBS bak neraka bagi hewan. Karenanya, Dian memproklamirkan gerakan Save KBS (Selamatkan Kebun Binatang Surabaya).

Menurutnya, bila tak ada gerakan untuk mengubah kondisi di KBS, satu per satu hewan akan mengalami nasib seperti Melani. Nasib Melani kini terancam disuntik mati karena sakit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement