Selasa 16 Jul 2013 23:25 WIB

Alat Transportasi Massal Lebih Berguna Ketimbang Mobil Murah

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Karta Raharja Ucu
  Prototipe monorel buatan PT Melu Bangun Wiweka di Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Selasa (29/1).  (Republika/Adhi Wicaksono)
Prototipe monorel buatan PT Melu Bangun Wiweka di Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Selasa (29/1). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan mobil murah diprediksi bakal menguras bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Namun, pendapat berbeda dilontarkan Direktur BBM BPH Migas, Djoko Siswanto.

Siswanto berpendapat, mobil murah belum tentu dilirik masyarakat. Jika pembelian mobil murah meningkat pesat, baru akan berpengaruh ke konsumsi BBM. "Namun masyarakat yang menjadi penentunya," katanya ketika berbincang dengan ROL, Selasa (16/7) malam.

Ia mencontohkan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo yang pernah mempromosikan mobil Esemka. Kenyataanya, mobil buatan anak-anak SMK itu sudah tak terdengar gaungnya.

Siswanto menyebut, masyarakat Indonesia sangat konsen dengan merk dan kualitas. Kesimpulannya, mobil murah itu belum tentu jadi primadona.

Apalagi mobil murah masih sekadar wacana. Karenanya, ia berharap pemerintah lebih fokus membangun alat transportasi massal dibandingkan pribadi. "Pro angkutan publik menghemat BBM," ujarnya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement