REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Peneliti Terorisme dari International Crisis Group (ICG), Sidney Jones mengatakan bahaya terorisme masih terus ada di Indonesia .
''Bahaya terorisme masih terus ada. Tetapi generasi sekarang tidak kompeten, walaupun yang mendorong terorisme ialah isu lokal,'' kata Sidney dalam acara diskusi bertajuk Mengungkap Akar Terorisme di Indonesia yang diselenggarakan Abdurrahman Wahid Center di Perpustakaan Baru UI, Depok, Selasa (16/7).
Menurut Sidney, teroris bangkit kembali di Indoensia pada tahun 1971 dengan adanya Komando Jihad.
''Mereka sangat mudah tumbuh di daerah konflik. Pada tahun 1996–1999, mereka datang ke Palu untuk merekrut orang-orang yang sedang dilanda konflik,'' ujar Sidney.
Diungkapkan Sidney, kelompok DI asal Malaysia, Nordin M Top merupakan kelompok kecil-kecil yang tidak ada hubungan dengan kelompok besar sebelumnya.
''Teroris dewasa ini hanya keliatan terlibat dalam pertarungan kecil (home ground) dengan polisi, yang jumlah korbannya sangat kecil,'' terangnya.
Jadi, lanjut Sidney, gerakan teroris sekarang bukan lagi bagian dari terorisme global. Teroris di Indonesia sekarang sudah low tech, low competence (sangat amatir), poor vetting of recruits.
Ditambah dengan sistem penjara di Indonesia sangat lemah, pengawasan internal yang buruk, birokrasi lemah dan monitor para mantan napi yang juga lemah. Walau terorisme lemah, bukan berarti akan berakhir.