REPUBLIKA.CO.ID, Gedung Bank Indonesia Perwakilan Yogyakarta, Jumat (2/7) malam, disulap menjadi tempat tarawih Ramadhan 1434 H. Sejumlah pejabat dan aparat daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan safarai tarawih. Mereka menempati lobi lantai satu dan dua.
Peserta yang mengikuti salat taraweh ini pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Arief Budi Santoso, pejabat perbankan di lingkungan DIY dan masyarakat sekitar. Imam Dr HM Noor dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan penceramah KH Mohammad Jabir Huda dari Kebumen, Jawa Tengah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Arief Budi Santoso mengemukakan tujuan salat taraweh ini sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antara pejabat di lingkungan perbankan DIY dan pejabat di lingkungan Pemda DIY. Adanya silaturahmi ini diharapkan bisa memudahkan untuk memecahkan permasalah yang dihadapi Pemda DIY.
Safari taraweh ini, kata Arief, diprakarsai Pemda DIY didukung perbankan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang tergabung dalam Badan Musyawarah Perbankan DIY (BMPD). “Selain pejabat, peserta salat taraweh ini juga ada warga masyarakat sehingga selain mempererat hubungan antar pejabat, juga untuk mendekatkan pejabat dengan masyarakat,” kata Arief kepada ROL di Yogyakarta, Sabtu (12/7).
Dalam ceramahnya, Jabir Huda mengetengahkan tema hikmah puasa ramadhan yang dipaparkan mengunakan alat peraga wayang. Namun wayang kulit yang lazim kita tonton hanya beberapa. Sedangkan wayang yang banyak berupa tokoh-tokoh bangsa Indonesia, seperti almarhum Zaenuddin MZ dan Gus Dur, Aa Gym, Rhoma Irama, Megawati, BJ Habibie, almarhum Soeharto, almarhum Soekarno dan lain-lain.
“Wayang ini kami namakan Wayang Republik karena tokoh-tokohnya orang-orang terkenal di Republik ini. Saya sengaja menggunakan media ini meniru apa yang dilakukan Sunan Kalijaga yang berdakwa melalui budaya,” kata Jabir Huda.
Puasa, jelas Jabir, harus dimulai dengan niat yang tulus, sempurnakan ikhtiar dan tawakal kepada Allah SWT agar mendapatkan pahala. “Kalau mau puasa dan niatnya sudah tidak benar, demi Allah nanti akan kecewa, akan sengsara di akherat. Betul tidak?,” kata Jabir dengan nada menirukan suara Aa Gym dan disambut dengan gelak tawa jamaah taraweh.
Walaupun mau puasa yang bertujuan untuk kebaikan, tetapi kalau niatnya sudah tidak benar akan tak ada gunanya. “Karena itu, mari jernihkan hati, beningkan pikir untuk menatap masa datang. Setuju tidak?,” kata Jabir yang masih menirukan suara Aa Gym dan dilanjutkan dengan melantunkan lagu populer Aa Gym “Jagalah Hati” yang diiringi dengan gamelan.
Jabir mengajak jamaah agar dalam menjalankan ibadah Ramadhan dengan hati yang tulus sehingga setelah bulan Ramadhan menjadi makhluk yang baru. Seperti ulat menjadi kupu-kupu karena melalui proses metamorfosa. Ulat dan kupu-kupu merupakan makhluk yang sama, tetapi wataknya jauh berbeda, kebiasaan yang berbeda. Ulat makanannya daun, pagi makan, sore makan, malam makan daun. Sehingga perutnya seperti daun. Tetapi kupu-kupu tidak lagi makan daun, makanannya madu. Ulat menjijikkan, kupu-kupu lembut.
Kemudian Jabir menirukan suara almarhum kyai kondang Zainuddin MZ tentang hakekat puasa. “Hakekat puasa adalah membentuk manusia yang bertakwa. Intinya pengendalian diri, agar terhidar dari sifat yang tercela, sekaligus menanamkan kepekaan social yang tinggi. Masih banyak saudara-saudara kita yang hidup di bawah garis kemiskinan. Karena itu, kalau diberi rezeki, maka jangan lupa di sana ada hak anak-anak yatim, janda-janda tua,” kata Jabir dengan suara seperti almarhum Zainuddin MZ.
Tujuan akhir dari puasa, lanjut Jabil, membentuk manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. “Puasa kita berhasil atau tidak, bisa dilihat setelah puasa bagaimana? Kalau sebelum dan sesudahnya sama, ya, nggak berhasil. Banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Karena itu, mari kita jalankan dengan kekhusyukan,” ujar Jabir dengan nada suara seperti almarhum Gus Dur dan disambut tawa jamaah