REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebiasaan untuk berwisata kuliner terutama di kalangan anak muda dinilai sudah semakin membudaya di kalangan masyarakat. Karena itu pasar di segmen muda sangatlah potensial untuk digarap oleh pelaku industri makanan.
Apalagi generasi muda yang suka mencoba hal-hal baru terutama dari sisi kuliner juga semakin besar jumlahnya.
"Menurut statistik terbaru jumlah generasi muda di Indonesia saat ini sudah mencapai 40 persen dari total populasi penduduk. Ini segmen yang sangat potensial untuk digarap oleh industri kuliner kita," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yanti Sukamdani di Jakarta, Jumat (13/7).
Yanti juga menilai, meski sempat terjadi penurunan daya beli masyarakat dalam beberapa waktu terakhir karena imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), peluang bisnis kuliner di Indonesia masih prospektif dan terbuka lebar untuk beberapa waktu ke depan.
Menurutnya, salah satu kunci yang harus selalu diingat pelaku industri agar bertahan di bisnis kuliner, adalah bagaimana menciptakan sesuatu yang unik dan kreatif.
"Kuncinya adalah kita harus bisa menciptakan sesuatu yang unik, khas, dan kreatif karena usaha kuliner itu memang merupakan bagian dari ekonomi kreatif," katanya.
Pihaknya mencatat sampai saat ini bisnis kuliner berkembang positif sementara perhotelan justru bergerak melambat dengan tingkat hunian kamar yang anjlok 10-15 persen dibandingkan hari-hari biasa.
"Secara total tingkat hunian kamar hotel kita pada bulan puasa ini turun 10-15 persen dibandingkan hari-hari biasa. Tapi saya yakin ini akan kembali normal setelah libur lebaran," katanya.
Ia mencontohkan, di Jakarta tingkat hunian kamar saat ini tercatat rata-rata 60 persen sementara di Solo dan Yogyakarta rata-rata 50 persen. Bali sendiri meskipun pada bulan Ramadhan tingkat hunian kamar hotel tetap stabil pada kisaran 70-80 persen.