REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- PT PLN (Persero) Sumatera Barat, menyatakan, saat ini sedang terjadi krisis air di tiga danau yang menjadi penggerak untuk PLTA di provinsi itu, dan dapat mengancam pasokan bagi masyarakat.
Kepala Divisi Humas PLN Wilayah Sumbar, Ridwan di Padang, Jumat (11/7), mengatakan, saat ini pembangkit listrik tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, karena adanya krisis debit air, seperti di PLTA Danau Singkarak dan Maninjau, demikian juga dengan Koto Panjang, sehingga pemadaman dapat saja terjadi.
"Penyusutan debit air di danau tersebut tentu berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pasokan listrik bagi pelanggan tidak hanya di Sumbar, namun juga Jambi, dan Riau," kata Ridwan.
Dia menambahkan, namun demikian, karena saat ini adalah bulan Ramadhan, dan kegiatan keagamaan meningkat, maka jika terjadi pemadaman akan diusahakan pada siang hari, dan dihindari pada malam hari.
Pemadaman dilakukan siang hari untuk mendukung pasokan listrik pada beban puncak, dimana kebutuhan listrik di Sumbar diperkirakan mencapai 460 megawatt (MW) yang terjadi mulai pukul 18.30 hingga 21.30 WIB.
PLN Sumbar menjelaskan, angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu yang hanya 430 MW, sementara, kemampuan produksi listrik di provinsi itu hanya 404.2 MW.
Sehubungan dengan itu, terkait Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, yang dapat menopang seperempat kebutuhan listrik di provinsi itu, juga belum beroperasi, sehingga produksi listrik hanya bergantung pada tiga PLTA yang ada, dan saat ini tengah mengalami penurunan debit air.
"Untuk PLTU teluk siri saat ini belum bisa dioperasikan, karena masih dalam tahap uji coba," ujar Ridwan.