Rabu 10 Jul 2013 20:07 WIB

'Pemeriksaan Anggaran Sidang Isbat Sangat Ketat'

Rep: Alicia Saqina/ Red: Karta Raharja Ucu
 Sidang Isbat penetapan tanggal 1 Ramadhan 1434 H di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta, Senin (8/7).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Sidang Isbat penetapan tanggal 1 Ramadhan 1434 H di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta, Senin (8/7). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama RI, Mukhtar Ali berpendapat, besarnya biaya sidang itsbat guna menentukan awal Ramadhan 1434 Hijriah tidak sebanding dengan manfaat dan keuntungan yang bisa diambil dari digelarnya sidang tahunan tersebut.

Ia menegaskan, biaya sidang istbat tidak sampai satu miliar rupiah. Menurutnya, besaran rupiah yang digelontorkan tidak lah terlalu penting. "Lihat lah manfaat ilmiahnya, bukan pada angkanya," tuturnya.

Dalam penyelenggaraan sidang itsbat itu pun Indonesia dapat lebih menjalin dan memperluas kembali hubungan persahabatan dengan negara-negara lain. Menurutnya, hal tersebut tak bisa dinilai dengan besaran anggaran.

Mukhtar pun mengungkapkan, lagipula Kemenag dan seluruh struktur yang berada di dalamnya pun tak bisa menutup-nutupi berapa besaran dari setiap anggaran yang digunakan. Masyarakat saja sudah bisa mengetahui segala informasi terkait kegiatan kementerian ini.

"Dari Kemenag, sudah jelas. Saya memang hanya pejabat pembuat komitmen, bukan pimpinan di Kemenag. Tetapi, saya menandatangani pakta integritas. Jadi soal mengeluarkan berapa anggaran, saya sangat ketahui," katanya.

Bukan tanpa alasan, Mukhtar juga menegaskan, seluruh hal terkait anggaran di Kemenag harus melewati pemeriksaan keuangan yang ketat. "Ini juga bukan main-main. Pemeriksaan anggaran kan sangat ketat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement