REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Meski masuk musim kemarau, namun curah hujan di wilayah DIY masih cukup tinggi. Bahkan hujan diperkirakan masih akan terjadi hingga lebaran mendatang.
Kasie data dan informasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika DIY, Tony Agus Wijaya mengatakan, ganguan cuaca janga panjang yang terjadi di wilayah DIY dan sekitarnya menyebabkan kemarau tahun ini menjadi kemarau basah.
"Suhu permukaan air laut di wilayah sekitar DIY naik sehingga banyak awan yang terkumpul di sekitar DIY. Itu sebabnya curah hujan meningkat," ujarnya, Rabu (10/7).
Peningkatan curah hujan tersebut menurutnya mencapai 15 persen dari curah hujan normal di musim kemarau. "Ini harus diwaspadai oleh masyarakat yang akan mudik lebaran, karena potensi hujan cukup besar," katanya menjelaskan.
Meski meningkat namun intensitas hujan di DIY masih tergolong ringan dan sedang. Namun jika terjadi gangguan cuaca jangka pendek seperti saat ini maka curah hujan bisa mencapai intensitas 50 milimeter dalam sehari.
Saat ini gangguan cuaca jangka pendek ini adalah adanya badai badai tropis di Selatan Fhilipina. Badai ini berpengaruh pada kecepatan angin, gelombang air laut dan juga kumpulan awan di atas langit DIY.
Akibat pengaruh gangguan jangka pendek ini kecepatan angin di DIY mencaoai 35 kilometer per jam. Tinggi gelombang laut juga mencapai 3 meter. Gangguan cuaca ini diperkirakan hanya terjadi hingga akhir pekan ini.
Meski potensi hujan masih besar tetapi suhu udara di Kota Yogyakarta masih normal hingga lebaran nanti. Suhu udara maksimal pada siang hari rata-rata 31 derajat dan minimum pada dini hari 23 derajat celsius.
"Tetapi saat matahari terik tanpa awan suhu udara siang hari maksimal bisa mencapai 35 derajat," katanya menambahkan.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Haryo Yudo mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan pemetaan ulang daerah rawan bencana di Kota Yogyakarta.
Selama ini, kata dia, daerah rawan bencana seperti banjir dan longsor hanya dipetakan di wilayah sekitar tiga sungai besar di Yogya yaitu Kali Code, Kali gadjah Wong dan Winongo. "Padahal ada daerah lain yang juga rawan seperti di Kali Belik, Kali Manunggal dan Kali Buntung," katanya menjelaskan.
Pemetaan ini, kata dia, bekerja sama dengan BPBD Provinsi DIY. BPBD sendiri kata dia, merupakan badan baru di Pemkot Yogyakarta. Kewaspadaan terhadap bencana menurutnya tidak hanya untuk banjir, tanah longsor saja tetapi juga pohon tumbang dan kebakaran.
"Muaranya kita berharap masyarakat tanggap secara mandiri menghadapi bencana sebagai cikal bakal munculnya komunitas atau masyarakat tangguh bencana," katanya menambahkan.