REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Seorang pelajar SMP Negeri 3 Pengasih Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Dhiki Andhika Putra, berhasil menemukan teknologi yang mampu mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak berupa minyak tanah, solar, dan premium.
Dhiki di Kulon Progo, Rabu, mengatakan awal dari teknologi ciptaannya tersebut bermula saat diskusi dengan teman-temannya di jejaring sosial.
Kemudian dirinya pun merakit berapa komponen yang diperlukan. Hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah terkait mekanisme pengolahan sampah hingga menjadi bahan bakar minyak (BBM).
"Cara kerja alat pengolah sampah ini sangat mudah. Sampah plastik dimasukan ke dalam reaktor kemudian dipanaskan dengan suhu 200 derajat celcius, nanti lelehan plastik akan mengelompokkan berdasarkan jenis bahannya," kata Dhiki saat melakukan audiensi dengan Kepala Bidang Geologi dan Energi DisperindagESDM Kulon Progo, Taufik Prihadi.
Priorisis karya Dhiki cukup sederhana terdiri atas satu tong sebagai wadah memasak alat sampah plastik kemudian dipanaskan dengan kayu bakar dan uap hasil pembakaran masuk atau mengalir ke tiga unit condensor sehingga meneteslah minyak setara premium, solar dan minyak tanah.
Untuk sekali masak dibutuhkan waktu sekitar empat jam. Bahan bakarnya masih menggunakan kayu bakar.
Ia mengatakan, setiap dua kilogram sampah plastik mampu menghasilkan satu liter BBM berupa minyak tanah, solar, dan bensin. Bahan 25 kilogram sampah mampu menghasilkan 16 liter BBM.
Sedangkan, untuk sampah plastik dari gelas atau botol air mineral, setiap kilogram mampu menghasilkan 0,8 liter.
"Saya beli sampah satu kilogram Rp 500. Untuk biaya operasional cukup. Untuk sementara ini, saya mengolah sampah menjadi BBM, kalau hanya ada pesanan," kata dia.
Dia mengatakan kadar oktan dalam BBM hasil olahannya mencapai 150, padahal standar oktan pada premium sebesar 88 dan pertamax 95.
"Untuk premium sudah digunakan untuk uji coba di dua sepeda motor dua tak. Hasilnya cukup bagus. Rencananya, dari Dinas Kesra Pemda DIY akan melakukan uji coba terhadap emisi, minggu depan," katanya.
Selain alat pengolah sampah menjadi BBM, kata Dhiki, dirinya mampu menciptakan alat pengolah air laut menjadi air tawar dan siap diminum.
Namun, dia mengaku alat-alat temuannya belum dipatenkan. Dia menemukan berbagai teknologi ini hanya ingin mencari beasiswa untuk melanjutkan sekolah.
Sementara itu, Kabid Geologi dan Energi, Taufik Prihadi, memberikan apresiasi kepada Dhiki yang mampu menciptakan energi alternatif di saat kondisi harga BBM sedang naik.
"Untuk itu, kami rencanannya akan mengajukan proposal ke Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi pada Kementerian ESDM. Supaya Dhiki mendapat bantuan pengembangan teknologi hasil temuannya," kata dia.