Selasa 09 Jul 2013 16:32 WIB

Serangan Blas Ancam Lahan Pertanian di Sukabumi

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Djibril Muhammad
Petani
Foto: antara
Petani

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Lahan persawahan di Kabupaten Sukabumi terserang penyakit blas. Dampaknya, sejumlah areal persawahan milik petani terancam.

"Saat ini yang paling banyak menyerang padi adalah penyakit blas," ujar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Sukabumi, Sudrajat, kepada wartawan, Selasa (9/7).

Organisme pengganggu tanaman (OPT) ini hampir merata menyerang areal persawahan baik utara maupun

selatan Sukabumi. Sudrajat mengatakan, serangan penyakit ini disebabkan sejumlah faktor seperti perubahan musim dari kemarau ke hujan. Namun, beruntung serangan OPT ini belum menimbulkan gagal panen (puso).

Menurut Sudrajat, pihaknya optimistis serangan OPT tidak berdampak pada pengurangan produksi padi. Sebab, keberadaan OPT bisa dikendalikan sejak awal sehingga tidak berdampak besar. Untuk menghadapi serangan OPT, ungkap Sudrajat, DPTP telah menyiapkan stok racun di setiap unit pelaksana teknis daerah (UPTD) yang ada di 47 kecamatan.

Sehingga para petani di selatan Sukabumi tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan obat untuk menangani blas. Sudrajat mengatakan, saat ini sebagian wilayah pertanian di Sukabumi akan memasuki musim panen raya.

Panen padi ini dilakukan sebelum memasuki musim kemarau. Data DPTP Kabupeten Sukabumi menyebutkan, luasan areal pertanian di Sukabumi mencapai sekitar 64 ribu hektare. Di mana, sebanyak 23 ribu hektare di antaranya berada di selatan Sukabumi.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan, Kecamatan Surade, Sahlan mengakui, serangan penyakit blas pada tahun ini mendominasi serangan OPT di Sukabumi. Akibatnya, produksi padi para petani mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya.

Diterangkan Sahlan, areal persawahan yang terserang penyakit blas tidak menyebabkan kerusakan dalam jumlah banyak. Serangan blas mampu ditangani petani dengan melakukan penyemprotan dengan fungisida.

Penyebaran penyakit blas, Sahlan melanjutkan, salah satunya disebabkan kondisi cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini. Maraknya serangan OPT juga bisa dikarenakan pola tanam dan pengolahan lahan pertanian yang kurang sempurna.

Sahlan menambahkan, serangan blas memberikan pelajaran tersendiri bagi para petani. Misalnya ke depan para petani ke depan bisa membedakan secara benar mana serangan hama atau penyakit pada padi. Sehingga upaya pengendalian yang dilakukan tepat sasaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement