REPUBLIKA.CO.ID, BATAM --Nelayan pulau Terung di pedalaman Kota Batam mengeluh tidak mendapat Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Mereka menyayangkan kompensasi atas kenaikan BBM itru hanya dinikmati warga perkotaan.
Bakar bin Idris, salah seorang nelayan mengatakan yang paling terkena dampak kenaikan harga BBM adalah nelayan.
"Nelayan hidup dari mencari ikan pakai bensin, kalau di kota hanya untuk transportasi, tetapi nelayan justru tidak dapat BLSM," kata dia di Batam, Sabtu.
Dari 334 kepala keluarga RW 01 Pulau Terung, hanya 54 yang mendapat BLSM. Mayoritas nelayan tidak memperoleh bantuan tersebuth.
Ketua RW01 Pulau Terung, Kelurahan Pulau Terung, Durmat mengatakan seharusnya dana BLSM disalurkan kepada 200 KK nelayan miskin.
Nelayan juga berharap pemerintah menyediakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) khusus untuk mereka yang sekarang terbeban berat akibat kenaikan harga silar dan bensin.
"Subsidi khusus untuk nelayan perlu diadakan karena kami amat bergantung pada minyak. Harga minyak naik, kami semakin susah," kata Asman Usman.
Ia menjelaskan dalam satu kali melaut, nelayan membutuhkan dua kaleng bensin masing-masing ukuran 36 liter senilai Rp 330.000. Artinya, sebelum melaut nelayan harus menyiapkan Rp 660.000 untuk membeli bahan bakar, padahal penghasilan mencari ikan sering kali tidak sampai Rp 600.000.
"Bagaimana bisa hidup, lepas (balik modal-red) pun tidak," kata dia.
Apalagi, harga bensin di pulau pedalaman relatif jauh lebih mahal dibanding di kota, yaitu sekitar Rp 9.167 per liter, naik dari Rp 7.222 per liter. Menurut dia, jika pemerintah benar-benar prorakyat, seharusnya memberikan subsidi BBM khusus ke nelayan.