REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Harga bawang merah di pasar tradisional di Kota Cirebon semakin meroket. Selain pengaruh musim, hal tersebut juga terjadi akibat makin sedikit jumlah yang menanam bawang merah.
Berdasarkan pantauan di Pasar Pagi, Kota Cirebon, Jumat (5/7), harga bawang merah sudah mencapai Rp 40 ribu per kg. Padahal, tiga hari yang lalu harganya masih Rp 30 ribu per kg. "Ya naiknya cepat sekali," ujar seorang pedagang bawang merah di pasar tersebut, Dewi.
Dewi mengatakan, kenaikan harga tersebut sudah terjadi di tingkat distributor. Selain mahal, pasokan bawang merah juga berkurang.
Dewi menyebutkan, dalam kondisi normal, dia biasa mendapatkan apsokan bawang merah sebanyak dua kuintal per hari. Namun saat ini, pasokan bawang merah yang diperolehnya hanya satu kuintal per hari.
Dewi mengungkapkan, tingginya harga bawang itu telah menyebabkan omsetnya menurun. Pasalnya, para pembeli mengurangi jumlah pembeliannya. Saat ini, para pembelinya rata-rata hanya membeli bawang merah secara eceran, antara Rp 1 ribu – Rp 2 ribu. "Jarang pembeli yang membeli bawang merah dalam jumlah kiloan," tutur Dewi.
Kepala Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Ali Efendi, saat dimintai tanggapannya, menyatakan, kondisi itu terjadi akibat sedikitnya jumlah petani yang menanam bawang merah. Akibatnya, pasokan bawang merah dari petani menjadi berkurang.
Menurut Ali, para petani bawang merah saat ini banyak yang beralih ke tanaman padi. Sebab, menanam padi lebih menguntungkan karena harga jual gabahnya tinggi.
Selain itu, modal tanam padi juga lebih sedikit dibandingkan modal menanam bawang merah. "Bibit bawang merah kan sekarang mahal, jadi modal menanam bawang merah menjadi besar," kata Ali.
Ali mengatakan, luas areal tanaman bawang merah di Kabupaten Cirebon biasanya sekitar 4 ribu hektare. Namun sekarang, terjadi pengurangan areal bawang merah hingga 50 persen.