REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengirim tim rekonstruksi dan tim konseling ke lokasi bencana gempa bumi di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, sebagai langkah tanggap darurat mendampingi anak-anak khususnya siswa sekolah luar biasa (SLB) yang menjadi korban.
"Ada tujuh sekolah luar biasa (SLB) satu atap SD-SMA di Kabupaten Bener Meriah. Tahap pertama yang kami lakukan adalah mengirim tim konseling dan tim rekonstruksi untuk menyiapkan tenda darurat agar kegiatan belajar mengajar tidak terlalu lama terhenti sambil melakukan rehabilitasi bangunan," kata Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Ditjen Pendidikan Dasar Kemdikbud, Mudjito, di Jakarta, Jumat (5/7).
Tim konseling trauma pascagempa akan mendampingi masyarakat khususnya anak-anak agar tidak larut dalam kecemasan dan ketakutan melalui kegiatan permainan, bernyanyi dan kegiatan ringan lainnya yang bisa menghibur, katanya.
Dalam memberikan pelayanan konseling ini Kemdikbud tidak sendirian melainkan menggandeng mitra PKLK waktu menangani gempa Aceh, yakni Yayasan Psiko Dinamika di Aceh. Keterlibatan tim konseling ini sangat penting dalam rangka memulihkan trauma anak-anak pasca gempa.
Tim konseling ini sebagai "quick response" atas bencana gempa Aceh. Tahap awal tim konseling menangani trauma psikologis anak pascagempa ke posko-posko pengungsian bencana gempa Bener Meriah dan kabupaten Aceh Tengah yang ikut terkena dampak gempa.
"Di masing-masing posko tersebut diturunkan petugas konseling antara dua-tiga orang disesuaikan dengan jumlah anak para pengungsi," ujar Mudjito.
Bersamaan dengan tim konseling ini, juga sudah diturunkan tim perencana konstruksi yang akan melakukan pendataan terhadap fasilitas sekolah yang mengalami kerusakan.