Jumat 05 Jul 2013 15:35 WIB

Harga Beras Merangkak Naik

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Djibril Muhammad
Pekerja menata karung-karung beras untuk rakyat miskin (raskin) di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Kelapa Gading, Jakarta.
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Pekerja menata karung-karung beras untuk rakyat miskin (raskin) di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Kelapa Gading, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Upaya menekan harga beras dengan cara menekan pasar melalui program raskin reguler dan raskin kompensasi BBM, tidak terlalu membuahkan hasil. Sejak dua pekan terakhir, harga beras di pasaran Banyumas terus merangkak naik.

Berdasarkan pantauan di pasar tradisonal, harga beras medium yang banyak dikonsumsi masyarakat seperti jenis IR 64, di tingkat eceran saat ini sudah mencapai  Rp 8.200 per kg. Sementara dua pekan sebelumnya, harga masih berada di tingkat Rp 7.500 per kg.

Demikian juga dengan jenis IR 64 kualitas super, saat ini dijual seharga Rp 8.500/ kg. Sementara untuk beras premium seperti pandan wangi dan raja lele, sudah di atas Rp 9.000 per kg.

Menurut sejumlah pedagang di Pasar Wage Purwokerto, kenaikan harga beras medium bukan karena stok di pasaran terbatas. Demikian juga, stok di tingkat petani masih cukup banyak karena belum lama panen.

"Kenaikan harga beras lebih merupakan imbas kenaikan harga BBM. Karena ongkos penggilingan dan tarif angkutan naik, maka harga beras juga ikut naik," jelas Siti Khayati, salah seorang pedagang.

Manajer KUD Patikraja Faturrahman mengakui, harga beras medium IR 64 memang mengalami kenaikan. "Sejak dari tempat-tempat penggilingan, harga beras memang sudah mencapai Rp 7500 per kg," katanya menjelaskan.

Dia mengakui, stok beras di tingkat petani memang masih banyak. Namun petani sudah mulai menahan berasnya, karena hasil panen di masa tanam kedua ini diperkirakan tidak terlalu baik, karena banyak serangan hama. "Karena itu, pasokan beras petani di pasaran juga menurun," katanya menjelaskan.

Humas Bulog Sub Divre IV Banyumas Priyono, sebelumnya menyebutkan langkah Bulog menggerojok beras di pasaran melalui penyaluran raskin dua kali sebulan mulai Bulan Juni hingga Agustus, antara lain untuk meredam inflasi pascakenaikan harga BBM.

Hal ini karena komodit beras menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar jika terjadi kenaikan harga.

"Harga beras saat ini, memang mengalami kenaikan. Tapi saya kira, kenaikan ini karena imbas dari penyesuain harga BBM yang mengalami kenaikan. Bukan karena terbatasnya pasokan beras di pasar," katanya menjelaskan.

Dia memperkirakan, harga beras akan kembali stabil setelah panen berlangsung di beberapa tempat. "Pertengahan Juli ini, di Cilacap dan beberapa daerah lain wilayak eks Karesidenan Banyumas, sudah ada yang mulai panen. Di daerah lain, menyusul bulan-bulan berikutnya. Jadi saya kira harga beras tidak akan melonjak terlalu tinggi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement