Kamis 04 Jul 2013 17:33 WIB

Salman Harus Pertajam Gerakan Pendidikan dan Ekonomi

Aktivitas diskusi mahasiswa di serambi Masjid Salman ITB
Foto: Edi Yusuf/Republika
Aktivitas diskusi mahasiswa di serambi Masjid Salman ITB

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Setelah 50 tahun Masjid Salman berdiri, gerakan Salman ke depan harus mendasarkan pada ‘Salman Profetis”, atau mengembalikan misi keagamaan kepada kesejatiannya, yakni menyempurnakan akhlak manusia.

Untuk itu, penetrasi ‘Islamisasi’  bersifat kekotaan yang selama ini telah menunjukkan hasil menggembirakan, antara lain melalui gerakan pendidikan dan ekonomi, harus terus dilakukan dalam perjuangan pergerakan Salman.

Butir-butir pemikiran tersebut mewarnai maraknya diskursus dalam seminar memperingati 50 Tahun Masjid Salman, yang digelar Keluarga Alumni Salman (Kalam) dan Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB  di Gedung Serba Guna Atas Salman ITB, Kamis (4/7).

Bertemakan ’Refleksi untuk Menyongsong Era Kebangkitan Islam’, seminar yang menarik keikutsertaan ratusan peserta itu menghadirkan beberapa tokoh pemikir Islam sebagai panelis. Mereka antara lain pemikir muda Yudi Latif, Zuhairi Misrawi, Fachri Ali dan Dawam Rahardjo. 

Dalam sambutan pembukaannya, Ketua Badan Pelaksana Masjid Salman, Dr Ir Syarif Hidayat mengatakan, tak bisa dimungkiri bahwa Masjid Salman telah menorehkan sejarah sebagai pelopor gerakan dakwah kampus di Indonesia.

Gerakan tersebut dicirikan oleh pemikiran kritis dan semangat pembaharuan dalam berbagai aspek kehidupan, yang ikut mewarnai dinamika keislaman Indonesia pada era 1970-an sampai dengan 1990-an. Tetapi Syarif mengakui, seiring fajar abad 21, Masjid Salman  menghadapi krisis peran.

“Peran dakwah intelektualnya telah memudar. Salman bagai tak mampu lagi menjawab aneka problem kekinian, tak lagi menjadi model gerakan dakwah kampus, atau melahirkan tokoh-tokoh yang dapat berbicara di level nasional maupun internasional,” kata Syarif. Dengan seminar tersebut, diharapkan krisis peran yang dihadapi Masjid Salman itu bisa terjawab.  

Mengamini Syarif, pemikir muda Islam, Yudi latif, menyatakan, peran Salman memang besar. Fakta yang terangkat sejumlah survey terakhir tak lepas dari peran besar yang dimainkan Salman pada dekade-dekade lalu.

Survey dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia saat ini jauh lebih taat beribadah dibanding pada dekade 1950-an. Survei Nasional Reform Institute belum lama ini menemukan rata-rata 73 persen dari total pendukung 10 partai terbesar menyatakan selalu menjalankan ibadah.

“Dengan gambaran tersebut, sulit melakukan kategorisasi aliran kepartaian berdasarkan ketaatan keagamaannya, seperti dalam tipologi Clifford Geertz,” kata Yudi.  “Dengan alasan, baik pengikut partai-partai Islam maupun partai nasionalis memiliki tingkat ketaatan beribadah yang relatif sama.”  Sayangnya, fakta masih merebaknya korupsi menunjukkan bahwa agama masihlah sebatas symbol yang terpisah dari perilaku keseharian masyarakat.

Menurut Yudi, gerakan umat Islam ke depan haruslah berkorelasi dengan tantangan mendasar umat Islam saat ini, yaitu heterogenitas dan divergenitas nilai-nilai yang luar biasa. Umat Islam tidak seharusnya gagap manakala nilai-nilainya berbenturan dengan aneka nilai lain.

“Seharusnya, umat Islam mampu mengelaborasi Islam kita yakini kaffah atau sempurna itu untuk menjawab lautan nilai yang membanjir saat ini,” kata Yudi. Untuk itu Yudi menyodorkan gagasan agar Salman ke depan menjadi ‘Salman Profetis’, yang mampu mengembalikan misi keagamaan pada kesejatiannya, yakni menyempurnakan akhlak.

Fachri Ali yang berbicara setelah Yudi mengatakan, bicara Salman di masa lalu tak bisa lain adalah bicara gerakan dakwah kampus. Gerakan itu antara lain dilakukan melalui  aktivitas pembuktian secara lebih teknikal akan kompabilitas Islam dengan dunia modern dan ilmu pengetahuan, yang didasarkan pada pemurnian teologi. Lebih jauh, gerakan itu kemudian melakukan penetrasi Islamisasi yang bersifat kekotaan (urban) yang mengubah wajah kota menjadi lebih ‘Islami’.

Ia menegaskan, cara-cara yang telah terbukti efektivitasnya itu ke depan masih bisa dilakukan dengan beberapa penyegaran dengan senantiasa mengkaji dan melakukan reinterpretasi ajaran Islam. 

Sementara itu pemikir Islam senior Dawam Rahardjo mengajukan usulan agar ke depan  Salman mempertajam focus gerakan kepada gerakan pendidikan dan ekonomi rakyat.

“Tekanannya pada pendidikan yang holistik. Bersama dengan gerakan ekonomi, pendidikan akan mampu membebaskan manusia menjadi manusia yang utuh, menuju insan kamil,” kata Dawam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement