REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pencarian korban gempa Aceh masih terus dilakukan.
Hal tersebut dikarenakan data korban bencana seringkali simpang siur dan saling berbeda.
"Itu adalah hal yang wajar. Tidak mungkin begitu terjadi bencana, saat itu juga tersedia data lengkap," kata Sutopo Kamis (4/7).
Menurut Sutopo banyak faktor-faktor yang menyebabkan data berkembang, seperti kendala aksesibilitas, komunikasi, pencatatan dan sebagainya. Untuk itulah, ia mengatakan, perlunya verifikasi data.
"Data korban bencana selalu ada dinamika sesuai dengan perjalanan waktu dan instansi yang berwenang mengeluarkan data bencana adalah BPBD dan BNPB," ujarnya.
Berdasarkan data sementara korban gempa 6,2 SR, maka tercatat 30 orang meninggal, yaitu 12 orang di Kabupaten Bener Meriah dan 18 orang di Kabupaten Aceh Tengah. Di Bener Tengah korban meninggal berasal dari 5 desa, yaitu Desa Suka Makmur Kec Wih Pesam 4 orang, Desa Cekal baru, Kec Timah Gajah 1 orang, Desa Sukaramai Kecamatan Wih Pesam 3 orang, Desa Muyang Kute Kecamatan Bukit 3 orang, dan Desa Cekal Kecamatan Timang Gajah 1 orang.
Sedangkan di Kabupaten Aceh Tengah korban meninggal berasal dari Desa Telege Atu Kecamatan Kute Panang 1 orang, Desa Pantan Jerik Kecamatan Kute Panang 1 orang, Desa Blang Mancung Atas Kecamatan Ketol 7 orang, Desa Blang Mancung Bawah, Kecamatan Ketol 2 orang, Desa Selun Kecamatan Ketol 1 orang, Desa Sp. Juli, Kecamatan Ketol 1 orang, Desa Serempah Kecamatan Ketol 2 orang, Desa Bah Kecamatan Ketol 1 orang, Desa Kala Ketol Kecamatan Ketol 1 orang, dan Desa Cang Duri Kecamatan Ketol 1 orang.
"Pendataan masih terus dilakukan di lapangan," kata Sutopo.