REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi terjadinya angin kencang akibat cuaca yang fluktuatif.
"Selama gangguan cuaca jangka pendek yang mengakibatkan fluktuasi cuaca masih ada, angin kencang masih berpotensi terjadi," kata Kepala Pusat Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Tony Agus Wijaya di Yogyakarta, Rabu (3/7).
Menurut dia, angin yang sering terjadi selama musim kemarau basah saat ini, memiliki kecepatan 40 hingga 60 km per jam. Angin tersebut diakibatkan adanya awan cumulonimbus yang dipicu fluktuasi cuaca.
"Pemanasan lokal mengakibatkan terbentuknya awan konvektif yang memicu munculnya awan cumulonimbus. Awan tersebut mengakibatkan cuaca ekstrem yang di antaranya berupa angin kencang," katanya.
Menurut dia angin tersebut relatif masih aman apabila disertai dengan pemangkasan pepohonan yang terlalu rimbun dan tua.Meski demikian angin tersebut tetap berpotensi menjadi puting beliung.
"Sebenarnya angin kencang di Indonesia masih relatif aman jika dibandingkan angin kencang di negara-negara lain. Sebab, letak geografis Indonesia berada di tengah garis katulistiwa sehingga mampu meredam kemungkinan angin atau badai yang terlalu ekstrem," katanya.
Potensi angin kencang, kata Tony, juga diprediksi semakin intens terjadi, akibat afek dari badai tropis `rumbia` yang terjadi di laut China Selatan. Namun demikian, badai tersebut saat ini sudah mulai melemah.
Sementara itu, kata dia, gangguan cuaca jangka pendek selama musim kemarau tahun ini diprediksikan masih akan terjadi hingga Oktober. Rata-rata curah hujan yang diakibatkan cuaca jangka pendek tersebut melebihi 15 mili meter per dasarian per hari.