REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono menjelaskan penyebab terjadinya gempa Aceh berkekuatan 6,2 SR pada Selasa (2/7) akibat pergeseran sesar Sumatra di utara.
Pulau Sumatra dari Aceh hingga Lampung masuk ke dalam sesar besar Sumatra. Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini mengurai sesar Sumatra adalah sesar aktif terpanjang di dunia.
Uniknya, daerah yang rawan bencana gempa ini wilayahnya sangat indah dan subur. "Banyak perbukitan kemudian tanahnya mudah diolah," kata Surono saat dihubungi Republika, Rabu (3/7).
Tipologi sesar Sumatra adalah daerah patahan atau hancuran sehingga mudah menyerap air. Pada akhirnya, keindahan alam dan suburnya tanah menjadi pesona orang berduyun-duyun menghuni daerah tersebut.
"Itu penjelasan banyak korban meski terjadi gempa kecil," ujar Surono.
Sumatra seolah menjadi tempat langganan terjadinya gempa dengan kondisi ini. Surono mengingatkan tahun 1993 di Lampung pernah terjadi gempa besar, kemudian Bengkulu, Padang, Sumatra Utara dan Aceh tak luput dari gempa.
Surono mengungkapkan sesar Sumatra adalah sesuatu yang tidak bisa direkayasa. Manusia tidak bisa memaksa sesar tersebut berhenti bergerak. Manusia dan lingkunganlah yang harus menyesuaikan. "Bukan tidak boleh ditinggali, lha subur dan indah," ungkapnya.
Yang harus dilakukan, tutur pria beruban ini adalah memberikan penjelasan secara jujur kepada masyarakat. Warga yang tinggal di zona nyaman akan terusik jika diganggu.
"Dijelaskan saja kemarin terjadi gempa, sekarang terjadi gempa, besok bisa terjadi entah kapan," tutur Surono.