REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa bumi berkekuatan 6,2 SR dengan kedalaman 10 km mengguncang wilayah Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah pada Selasa (2/7) pukul 14.37 WIB. Akibatnya 22 orang meninggal dunia, 2 orang hilang, dan 249 orang luka-luka.
Tidak hanya itu, gempa juga menyebabkan jaringan komunikasi dan jaringan PLN terputus.
"Karena jaringan komunikasi terputus membuat kami kesulitan untuk berkomunikasi dan beberapa daerah di sana listriknya padam," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho pada konferensi pers "Penanganan Bencana Gempa Bumi 6,2 SR di Aceh" di kantor BNPB di Jakarta Rabu (3/7).
Sutopo menuturkan berbagai upaya penanganan gempa bumi di Aceh terus dilakukan BNPB. Salah satunya mendirikan posko berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Aceh , BPBA Kabupaten Bener Meriah, BPBA Kabupaten Aceh Tengah. Kepala BNPB pun, kata Sutopo, telah melaporkan kepada Presiden mengenai dampak dan penanganan gempa di Provinsi Aceh pada Selasa (3/7) pukul 18.00 WIB.
"Presiden menginstruksikan kepada Kepala BNPB dan aparat terkait untuk melaksanakan penyelematan terhadap korban dan mengerahkan potensi yang ada untuk membantu penanganan gempa di Aceh," jelas Sutopo.
BNPB, kata Sutopo, bersama Satuan Reaksi Cepat (SRC) Penanggulangan Bencana, Kemenkes, Kemensos, dan KemenPU, berkoordinasi dengan pemda setempat terkait penanganan gempa di Aceh.
"Saat ini penanganan difokuskan pada upaya pencarian, penyelamatan korban dan distribusi bantuan," ujar Sutopo.