Rabu 03 Jul 2013 12:00 WIB

Cuaca Ekstrem, Hambat Produksi Petani Tembakau

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
Petani tembakau sedang membawa hasil panen tembakaunya.
Foto: www.sudarisman.multiply.com
Petani tembakau sedang membawa hasil panen tembakaunya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Cuaca ekstrem yang terjadi di Jawa Barat (Jabar) akhir-akhir ini, menghambat produksi petani tembakau di Jabar. Sebab, massa jemur tembakau menjadi lebih lama.

"Hambatan yang dihadapi petani tembakau saat ini adalah cuaca ekstrem. Musim kemarau basah saat ini, jadi membuat masa jemur tembakau lebih lama," ujar Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Suryawan kepada wartawan, Rabu (3/7).

Menurut Suryawan, biasanya tembakau bisa kering hanya dengan tempo 20 hari. Karena kemarau basah, maka sekarang tembakau bisa kering pada 30 hari. "Secara kualitas sih tidak terlalu berpengaruh namun waktu menjemur tembakau menjadi lebih lama," katanya.

Hambatan lain yang dihadapi petani, kata dia, produksi masih terhambat alat pengolahan khususnya tembakau hitam. Selain itu, pembuatan tembakau mole putih juga tidak mudah karena perlu teknik khusus.

Walaupun mengalami hambatan, kata dia, sebenarnya petani tembakau di Jawa Barat saat ini sedang bergembira karena harga tembakau mole putih sedang tinggi. Saat ini, harga jualnya mencapai Rp 80 ribu/ kg atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 35 ribu.

Lahan tembakau di Jabar, kata dia, saat ini masih memasuki masa panen (April, Mei dan Juni). Selain panen, kebahagian petani bertambah karena harga jual tembakau sangat baik. "Mole putih dengan kualitas sangat bagus bisa Rp 80 ribu sedangkan yang biasa hanya Rp 50 ribu," katanya.

Selain mole putih, kata dia, harga tembakau hitam juga sedang meroket. Harga jual jenis tembakau tersebut dengan kualitas baik mencapai Rp 49 ribu/ kg sedangkan yang biasa hanya Rp 30 ribu/ kg.

Suryawan mengatakan, luas areal lahan musim panen di Jabar kali ini mencapai 5 ribu hektare dari total luas lahan di Jabar sebesar 9.671 hektare. Dari lahan itu mampu menghasilkan 4 ribu ton tembakau kering.

Daerah yang sedang masuk musim panen yakni, Kabupaten Bandung, Sumedang, Sukabumi, dan Kabupaten Bandung Barat. Dikatakan Surwayan, produksi tembakau Jabar hanya mampu memasok 15 persen kepada pabrikan. Sebab, lahan tembakau dilarang bertambah sehingga produksi menjadi terbatas.

Untuk menyiasati kondisi itu, kata dia, petani menggarap pasar ekspor melalui jenis tembakau hitam dan hijau dengan volume 4 ton per bulan. Negara yang menjadi pasar potensial di antaranya, Malaysia, Brunei Darussalam. "Kami juga mengekspor hingga ke Jerman," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Boedidoyo menyatakan pihaknya memiliki program memberikan bantuan perangkat komputer dan laptop bagi petani tembakau di Jabar.

Perangkat ini dinilai bermanfaat bagi petani untuk meningkatan pengetahuan tentang pengolahan tembakau."Tahun ini kami menghibahkan 177 unit komputer dan laptop," katanya.

Menurut Boedidoyo, program donasi komputer ini memasuki yang ke-3. Diharapkan, petani tembakau bisa melek komputer dan menggunakan internet untuk menggali informasi seputar pertembakauan. "Misi kami untuk memeratakan informasi dan pengetahuan kepada petani tembakau," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement