REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) merasa sangat prihatin atas bencana kebakaran hutan dan lahan yang terjadi asap di provinsi Riau, Sumatera. Kebakaran tersebut telah menyebabkan kabut yang telah menganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat setempat termasuk di negara-negara tetangga.
"Sebagai Asosiasi yang menaungi industri pulp dan kertas di Indonesia, kami sepenuhnya mengecam tindakan pembukaan lahan dengan cara tebang dan bakar (slash and burn) yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan hutan alam," ujar APKI lewat pernyataan resminya yang diterima ROL, Senin (1/7).
Keberlanjutan industri pulp dan kertas terintegrasi di Indonesia, kata APKI, sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku serat kayu yang berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI). Selain itu, penggunaan lahan untuk pengembangan HTI dilakukan sesuai dengan izin yang diberikan oleh Kementerian Kehutanan merupakan investasi padat modal.
"Sehingga sangatlah tidak mungkin perusahaan akan melakukan pembakaran di lokasi HTI," tambahnya. Selain itu, sejak tahun 1996 APKI juga memastikan bahwa para anggotanya yang memiliki HTI telah menerapkan kebijakan zero burning atau penyiapan lahan HTI tanpa membakar.
APKI memahami bahwa proses pemadaman memang sangat rumit karena merupakan kombinasi dari kuatnya angin, temperatur yang tinggi dan kondisi medan yang sangat sulit. "Oleh karenanya, para anggota APKI bekerja sama dengan perusahaan lain, masyarakat, LSM, Pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam upaya memadamkan kebakaran tersebut," katanya.
Di masa depan APKI berharap agar semua pihak terkait dapat bekerjasama secara lebih efektif dan transparan untuk dapat menemukan strategi efektif guna menyelesaikan masalah kebakaran hutan dan lahan. APKI juga memfokuskan pada tindakan-tindakan preventif untuk mencegah terjadi bencana yang merugikan semua pihak baik di dalam negeri maupun di negara-negara tetangga.