REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dinas Pendidikan Kota Semarang menilai pendaftar dari kalangan siswa miskin cenderung memilih jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) yang menyiapkan lulusannya untuk siap bekerja.
"Kuota siswa kurang mampu di SMK kan selalu terpenuhi, sementara di sekolah menengah atas (SMA) selalu kurang," kata Ketua Panitia Penerimaan Peserta Didik (PPD) Kota Semarang Soedjono di Semarang, Senin (1/7).
Menurut dia, siswa miskin memang telah difasilitasi dengan menyediakan kuota 20 persen dari daya tampung sekolah negeri untuk seluruh jenjang, termasuk SMA dan SMK, tetapi kuota siswa miskin di SMA tak terpenuhi.
Ia menjelaskan pihaknya akan melakukan evaluasi dan kejian atas tak terpenuhinya kuota siswa miskin di SMA pada tahun ini agar pada pelaksanaan PPD tahun berikutnya tak kembali terjadi permasalahan serupa.
Dari hasil evaluasi PPD tahun lalu misalnya, kata dia, Disdik Kota Semarang menerapkan pembatasan nilai ujian nasional (UN) sebagai syarat mendaftar SMA, yakni kategori paling rendah nilai UN-nya sebesar enam.
Sebab, kata dia, selama belum memenuhi kuota 20 persen, para pendaftar dari siswa miskin yang mendaftar ke SMA pasti diterima sehingga kerap berimplikasi pada rendahnya persaingan prestasi di antara siswa miskin.
"Kalau yang nilai UN-nya minimal tujuh atau jumlah nilainya 28 bisa mendaftar di sekolah mana dan mana, yang nilai rata-ratanya 6,5 di sekolah mana, yang nilainya 6 di mana. Kalau di bawah enam tidak bisa," katanya.