REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum ditemukannya 250 batang dinamit beserta detonator yang hilang, (27/6) lalu, dalam pengantarannya dari Subang Jawa Barat menuju Cigudeg, Bogor, Jawa Barat mengundang reaksi sejumlah pengamat.
Indonesian Police Watch (IPW) menegaskan hal tersebut merupakan pekerjaan rumah besar bagi pihak kepolisian karena hilangnya barang berbahaya. Ketua Presidium IPW, Neta S Pane mengatakan, dinamit menjadi barang berbahaya jika digunakan orang yang tidak bertanggung jawab.
"Sampai sekarang kita kan belum tahu sama siapa dinamitnya," katanya, Ahad (30/4).
Menurut Neta, saat ini polisi bisa meminta bantuan kepada Densus 88 untuk membantu mencari keberadaan dinamit yang hilang tersebut. Selain itu, dengan meminta bantuan dari densus 88, pihak kepolisian bisa mengantisipasi kemungkinan terjadinya teror sejak dini.
Sangat disayangkan jika kepolisian malah meminta bantuan kepada masyarakat untuk ikut membantu mencari keberadaan dinamit. Masyarakat sudah dirugikan dengan hilangnya dinamit, kerugian tersebut berupa rasa was-was yang dirasakan saat ini.
"Mudah-mudahan nggak ada sayembara lagi, beri uang buat penemu dinamit," katanya.
Dengan adanya sayembara dan permintaan batuan kepada masyarakat semakin memerlihatkan kelemahan pihak kepolisian dan kebingunannya dalam menyelesaikan kasus ini. Justru yang harus dilakukan adalah mengoptimalkan setiap komponen yang ada di pihak kepolisian seperti Densus 88.
Neta mengatakan, jika dinamit tersebut segera ditemukan, pihak kepolisian harus segera mengusut penyebab hilangnya dinamit tersebut. Upaya tersebut dinilai bisa mengembalikan wibawa dan kepercayaan pihak kepolisian.
Menurut Neta, masyarakat hanya sedikit menilai siapa 'biang keladinya', pikiran mereka (masyarakat) tertuju pada keseriusan pihak kepolisian mengungkap hilangnya dinamit ini. "Kalau ada pihak kepolisian yang terlibat, minta pertanggung jawabannya," katanya.
Sikap untuk mengusut kesalahan atau kecerobohan sekalipun di instansi sendiri, dapat membuat wibawa pihak kepolisian tumbuh kembali di mata masyarakat.
Setelah masalah ini selesai semua, pihak kepolisian harus kembali menyusun prosedur pengiriman barang berbahaya. "Tidak seperti kemarin yang hanya ditutupi terpal," katanya.
Seperti diketahui, 250 dinamit tersebut diangkut dengan truk 'colt diesel' yang hanya ditutupi terpal. Ketika pengiriman sampai pada tujuan di PT Batu Sarana Persada, pengecek barang menemukan hilangnya dinamit beserta detonatornya. Setelah diselidiki, pihak kepolisian menemukan terpal penutup hulu ledak tersebut sudah sobek.